Rabu, 07 November 2012

Guruh Soekarno Putra Kritik Gelar Yang Diterima Ayahnya

Guruh Soekarnoputra menilai banyak hal yang perlu diluruskan soal ayahnya, Presiden RI I Soekarno. »Hingga kini, Bung Karno tidak diberikan tempat dan kedudukan yang proporsional atas jasa-jasanya terhadap negara,” ujar Guruh saat dihubungi oleh Tempo, Rabu, 6 November 2012.


Pemberian gelar pahlawan proklamator di masa Orde Baru, misalnya, rawan dengan kepentingan politik pihak tertentu. »Itu cuma untuk kepentingan politik mereka,” kata dia.


Gelar Pahlawan Nasional yang kini diberikan kepada Bung Karno pun, kata Guruh, menjadi rancu dengan pahlawan proklamator. »Dulu disampaikan bahwa gelar pahlawan proklamator itu lebih tinggi dari pahlawan nasional,” ujar dia.


Dengan diberikannya gelar pahlawan nasional, kata Guruh, »Pemerintah yang satu dengan yang lainnya seolah tidak nyambung. Tak punya benang merah.”


Guruh menilai, hal terpenting bagi Bung Karno dan keluarga bukanlah pemberian gelar pahlawan. »Pencabutan Tap MPRS 33 1967 yang menzalimi dan menyakiti Bung Karno, seharusnya sudah dilakukan sejak dulu,” kata dia.


Dengan tidak mencabut ketetapan MPRS itu, pemerintah seakan membiarkan penzaliman terhadap ayahnya. »Padahal, jika seseorang diajukan untuk menerima gelar pahlawan, mereka harusnya diperiksa dulu terkait jasa dan nilai lebihnya, namun pemerintah seperti diam saja melihat Tap MPRS itu.”


Jika Guruh boleh berbicara sebagai perwakilan keluarga, pencabutan Tap MPRS 33 1967, kata dia, adalah keinginan utama. »Kalau boleh menuntut, itulah tuntutan keluarga kami.”

Namun, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan ini enggan menjelaskan alasan akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan. Tetapi dia memastikan pemberian gelar sudah melalui sidang dewan gelar kehormatan. "Besok pagi Presiden yang akan menjelaskan alasan pemberian tanda gelar," kata Djoko.


Banyak Keinginan Bung Karno Tidak Dipenuhi

 Putra Proklamator Indonesia Soekarno, Guruh Soekarnoputra, berpendapat banyak amanat ayahnya yang tak dijalankan hingga kini. »Banyak keinginan almarhum yang tidak dipenuhi,” ujar Guruh saat dihubungi Tempo, Selasa, 6 November 2012.


Bung Karno, kata Guruh, tak pernah minta dimakamkan di Blitar, kota kelahirannya. »Dia cuma minta dimakamkan di bawah pohon rindang,” kata Guruh. Soekarno pun tak pernah minta dibuatkan cungkup makam atau bangunan.


Pemakaman di Blitar, pembuatan cungkup, dan bangunan di atas makam Bung Karno semuanya murni inisiatif Soeharto. »Bisa saja itu untuk kepentingan politik jelang kampanye,” kata dia.


Keluarga sendiri tak pernah mengusulkan Bung Karno untuk dijadikan pahlawan. »Menghargai Bung Karno bukan hanya memberi gelar, tapi juga memenuhi wasiatnya,” kata Guruh.


Menurut dia, tanpa diberikan gelar oleh pemerintah, Bung Karno sudah layak disebut sebagai pahlawan dari dulu. »Hanya resmi-resminya saja baru sekarang. Kenapa tidak dari dulu saja?” ujar dia.
Sumber: 1 | 2


Tidak ada komentar: