Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim)
Polri, Komjen (Pol) Susno Duadji siap maju dalam Pemilihan Gubernur
Sumatera Selatan (Sumsel) 2013 bila masyarakat Sumsel atau parpol
menginginkannya.
"Tapi aku belum sampailah kepikiran ke situ.
Tapi, kalau ada pertanyaan, Pak kalau nanti rakyat benar-benar
mengusung, apa mau? Kita lihat dulu, rakyat yang mana. Sebab, sekarang
ini banyak sekali yang mengatasnamakan elemen masyarakat Sumsel
menghendaki bapak menjadi gubernur. Aku ini tidak bodoh. Elemen ini,
elemen apa? Seberapa kuat organisasi ini? Kalau cuma organisasinya empat
atau lima orang, bagaimana itu, mengakar tidak itu sampai bawah, solid
atau tidak, jadi untuk apa mengakar kalau tidak solid, perintah atas
bagaimana di bawah bagaimana, untuk apa," ujar Susno di Jakarta, Senin
(1/10/2012).
Menurut Susno kepastian banyaknya warga Sumsel yang menginginkannya menjadi gubernur harus dilihat dari hasil survei.
"Kalau
dukungan jelas, misalnya dukungan dilihat dari hasil lembaga survei
yang kredibel, yang tidak direkayasa, bukan karena dibiayai," ujarnya.
Susno
mengakui sudah ada beberapa pihak yang mengatasnamakan perwakilan
masyarakat Sumsel menginginkannya maju dalam Pilgub 2013. Namun, ia
menganggap biasa karena hal itu semu.
"Kalau dia bisa
mengatasnamakan masyarakat Lahat, seharusnya bisa mencalonkan diri
menjadi bupati Lahat. Kan ternyata itu tidak" ujarnya.
Bagi Susno, survei sangat menentukan maju tidaknya dirinya dalam Pilgub Sumsel 2013 mendatang.
"Kalau
aku yang survei atau aku yang bayar, takut nanti aku diberikan yang
terbaik. Bapak elektabilitas nomornya satu, dan aku mencalonkan, tapi
hasilnya aku kalah, malu, dapat nomor buncit," ujarnya.
"Mana ada
yang mau mencalonkan yang mau bersih-bersih? Kalaupun ada tidak akan
langsung aku terima, survei dulu. Tapi bukan survei bayaran, masuk
suratkabar, Alex Noerdin itu disurvei (Pilgub DKI Jakarta) bagus, tapi
hasilnya nomornya 7, padahal calonnya cuma 6," sindir Susno.
Susno
yang merupakan kelahiran Pagar Alam, Sumatera Selatan, 1 Juli 1954,
mengatakan bahwa saat ini masyarakat Sumsel membutuhkan gubernur yang
berani melakukan pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN),
bisa melakukan pelayanan birokrasi prima, hingga bisa mensejahterakan
rakyat dari hasil tambang yang ada.
Susno yang juga mempunyai
bisnis batubara pihak keluarga bernama Eldiozz Holding Company ini,
mengaku geram dengan buruknya pelayanan pengurusan izin Kuasa Penggunaan
(KP) di Sumsel.
Menurut Susno, pelayanan prima itu harus ada
kepastian persyaratan, waktu, dan biaya. Namun, bila syarat, waktu, dan
biaya pengurusan izin-izin tidak jelas, maka hanya membuat pengusaha
yang ingin berinvestasi berpikir ulang dan hanya membuat prustasi.
"Artinya,
izin-izin itu tak ada lagi biaya-biaya tambahan, harus jelas biayanya.
Kalau memang izin itu biayanya Rp 5 ribu yah Rp 5 ribu, kalau Rp 5 juta
yah Rp 5 juta. Kalau misalkan izin KP itu Rp 1 miliar, yah Rp 1 miliar,
enggak apa-apa, tulis Rp 1 miliar, tapi ada kepastian. Bukan semacam
ini. Kenapa aku bongkar ini. Karena aku ini pelaku ini, tahu aku. Dan
apa yang dulu Susno katakan, terbukti kan. Oh begini, aku menuruti.
Segala macam ini itu, tapi masih dipersulit juga. Inilah yang harus
dibersihkan di Sumsel itu," papar Susno.
Seharusnya, lanjut Susno,
gubernur yang memimpin Sumsel adalah yang berwatak administrator dan
manajerial. Yaitu, gubernur yang berpikir bagaimana agar mendapat uang
sebanyaknya bagi kesejahteraan rakyatnya. "Sumbernya Sumsel kan banyak.
Singapura yang begitu saja bisa. Kita minyak ada, gas ada, memang itu
pemerintah yang mengurusi, tapi gubernur harus bisa memainkan itu.
Batubara kita banyak, hutan kita lebat, lahan kelapa sawit kita luas,"
tuturnya.
"Pertanyaannya, apakah lahan sawit dan segala macam
kekayaan itu menimbulkan kesejahteraan bagi daerah atau hanya
menghabiskan lahan. Dusun kami habis, semua habis jadi kebun sawit,
sementara tanah makin dangkal, apa yang didapat rakyat. Lahan kelapa
sawit itu dijaga aparat, kalau masuk ditembak. Ribut. Ini lah yang harus
dibereskan. Ini harus dijembatani. Bila perlu izin-izin kebun jangan
diperpanjang lagi, kalau sudah habis yah selesai. Bagikan kepada rakyat.
Atau lahan itu dikelola oleh rakyat, dan pemodal itu tinggal memegang
dan mengendalikan manajemen, sehingga ada kesejahteraan, bukan jadi
penonton. Aku tahulah, aku ini kan orang dusun," imbuhnya. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar