Operasi mempercantik fisik kini bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk
diperbincangkan. Buktinya, tak sedikit orang yang rela mengeluarkan uang
puluhan bahkan ratusan juta hanya untuk mendapatkan bentuk tubuh
idaman. Salah satunya adalah operasi bedah plastik payudara atau breast
augmentation (BA).
Dokter Vera Ikasari, SpBP, selaku ahli bedah
plastik RS. Puri Indah, Jakarta menuturkan, selain menjunjung tinggi
nilai estetika, penyusutan massa payudara adalah penyebab mengapa wanita
merasa perlu melakukan BA. Penuaan, pemberian ASI, hingga faktor
genetik adalah beberapa pendukung terjadinya penyusutan massa tersebut.
“Breast
Augmentation merupakan bentuk pembedahan yang dilakukan untuk mengisi
kekurangan massa payudara. Hal ini murni untuk kepentingan estetika,”
ujarnya.
Guna mendapatkan hasil sempurna, BA dapat dilakukan
melalui dua cara, yakni pemasangan silikon gel/padat serta proses fat
grafting. Silikon yang digunakan untuk BA terdiri atas silikon tekstur
dan non tekstur. Berbeda dengan penggunaan silikon, proses fat grafting
justru murni menggunakan lemak tubuh sebagai pengganti massa buatan pada
payudara.
Kedua proses tersebut merupakan proses yang aman,
meski dalam beberapa kasus, proses fat grafting dianggap lebih
mengecewakan dibanding pemasangan silikon gel. Silikon gel dapat
bertahan hingga seumur hidup, sedangkan massa buatan pada fat grafting
akan lebih cepat menyusut seiring menyusutnya lemak di area tubuh
pasien.
Sebelum melakukan BA, pasien harus melakukan serangkaian
pemeriksaan, seperti USG payudara, tes darah, foto rontgen, hingga
mamografi. Bagi pasien dengan atau berpotensi kanker payudara sangat
tidak dianjurkan untuk melakukan proses bedah plastik ini. Pemasangan
silikon pada payudara dilakukan melalui tiga titik pilihan, yaitu ketiak
(trans aksila), bawah lengkungan payudara (inframamari) atau area
puting payudara (peri ariola).
“Proses pemasangan implan harus dalam keadaan yang steril dari berbagai penyakit,” tambah dr. Vera.
Meski
terlihat indah, pemasangan implan juga memberikan komplikasi bagi tubuh
pasien. Tak jarang guratan paska operasi atau infeksi terjadi.
Akibatnya, pasien akan mengalami sedikit gangguan saat beraktivitas.
dr.
Vera menambahkan, pasien BA harus mengontrol setiap gerakannya usai
melakukan operasi. Pasien tidak dianjurkan untuk melakukan gerakan
tangan yang membutuhkan tenaga ekstra seperti mendorong, mengangkat,
mandi dengan shower, dan lain-lain. Penggunaan bra khusus serta
pemberian antibiotik juga menjadi hal yang wajib dilakukan pasien
pascaoperasi.
Jika ingin melakukannya, pilihlah implan yang
berkualitas untuk menghindari risiko pecahnya implan di kemudian hari.
Pertimbangkan kembali sejauh mana keinginan dan kebutuhan Anda terhadap
implan payudara sebelum memutuskan menggunakannya. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar