Perusahaan riset teknologi, Ovum, memperkirakan kerugian kumulatif
akan mencapai 54 miliar dolar Amerika (sekitar Rp516,7 triliun) hingga
akhir 2016 saat Short Messaging Service (SMS) memberikan jalan untuk
platform berbasis Internet seperti WhatsApp.
“Pesan sosial menjadi lebih luas dan para operator berada di bawah
tekanan untuk mendorong pendapatan komponen pesan dari bisnis komunikasi
mereka,” ujar Neha Dharia, analis konsumen telekomunikasi di Ovum.
“Para operator perlu memahami dampak aplikasi pesan sosial terhadap
perilaku konsumen, dalam hal perubahan pola-pola komunikasi dan dampak
pendapatan SMS, serta menawarkan layanan yang sesuai.”
Ovum mengutip peningkatan popularitas WhatsApp, yang memungkinkan
pemilik smartphone untuk bertukar pesan secara gratis dengan menggunakan
link Internet nirkabel, melampaui gateway SMS yang membebankan biaya
per pesan atau untuk kuota per bulan.
“Ovum meyakini bahwa level pertumbuhan ini akan terus berlanjut saat
smartphone dan penetrasi moble broadband meningkat, serta mengharapkan
pemain yang lebih kecil seperti textPlus, Pinterest dan fring untuk
menyebabkan kekacauan dalam kotak pesan,” ujar laporan.
Mendesak operator telekomunikasi untuk melakukan inovasi, Ovum
mengatakan peningkatan dalam jumlah pemain yang menawarkan layanan pesan
sosial bukanlah trend jangka pendek namun sebuah tanda “perubahan
pola-pola komunikasi.”
Pesan teks berawal sebagai sebuah jalan untuk menggunakan cadangan
kapasitas telekomunikasi namun menjadi sebuah generator uang tunai utama
bagi para operator,sementara menawarkan para pengguna sebuah cara yang
murah untuk berhubungan dengan teman dan keluarga tanpa harus melakukan
telepon.
Ovum mengatakan pada Juni bahwa SMS berkontribusi sekitar 75 persen
pendapatan non-pesan suara untuk perusahaan telekomunikasi secara global
pada 2009, namun hal ini diperkirakan akan menurun hingga 47 persen
pada tahun ini. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar