Seorang pelajar kelas 3 SMK Yayasan karya 66 (Yake)
tewas terluka sabetan senjata tajam, setelah terlibat tawuran dengan SMK
Kartika Zeni, di Jalan Sahardjo, Tebet, Jakarta.
"Tawuran pukul 12.00 siang, antara SMK Yake Kampung Melayu dengan SMK
Kartika Zeni. Setelah sekitar 20 menit tawuran, jatuh korban jiwa,"
kata Deny, warga setempat yang sempat menyaksikan kejadian.
Deny mengatakan korban langsung dibawa rekannya menggunakan taksi ke
Rumas Sakit RSCM. Menurut dia tidak lama korban dilarikan ke rumah
sakit, polisi datang.
Kasi Humas Polsek Tebet Broto Suwarno mengatakan dua SMK tersebut
memang kerap bentrok. Polisi sudah melakukan antisipasi dengan melakukan
patroli rutin pada jam pulang sekolah.
"Biasanya kami patroli di flyover 300 meter dari sini, karena di sana
sering terjadinya tawuran, tapi nyatanya di sini malah kejadian," kata
Broto dilokasi kejadian.
Broto mengatakan korban tewas bernama Denny Januar siswa kelas 3 SMK
Yake Kampung Melayu sudah di bawa ke RSCM. Peristiwa tawuran terjadi
karena saling ejek.
"Siswa kedua SMK naik metromini, lalu bertemu di sini. Tewasnya
karena sabetan senjata tajam, kemungkinan celurit, tetapi barang bukti
belum ditemukan," kata dia.
Broto mengatakan sulit diperkirakan apakah tawuran sudah direncanakan
atau tidak. Hingga saat ini lokasi kejadian masih dijaga kepolisian dan
menyebabkan lalu lintas tersendat.
Sebelumnya pelajar SMAN 6 Bulungan juga tewas akibat senjata tajam
pada Senin (24/9) saat bentrok dengan SMAN 70 di kawasan Bulungan,
Jakarta Selatan. (tp). Sumber
Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat sejak tahun
2011 korban akibat tawuran pelajar mencapai 339 kasus, dengan korban
tewas mencapai 82 korban. Jumlah itu meningkat tajam dari tahun 2010
sebanyak 128 kasus. Hal ini menyusul tewasnya Alawy Yusianto Putra (15)
siswa kelas X-8 dari SMA 6.
Ketua Satgas Perlindungan Anak Komisi
Nasional Perlindungan Anak, M. Ihsan mengatakan pihaknya mencatata
selama kurun waktu dua bulan terakhir saja, korban tewas akibat tawuran
pelajar selain Alawy, yakni Dedi Triyuda (12/09/12) siswa SMK Baskara
Depok kejadian pada 12 September kemarin.
"Kemudian, ada Rudi Noval Ashari siswa SMKM Bogor kejadian 30 Agustus 2012 silam, serta Ahmad Yani siswa SMK 39 di Klender.
Lalu,
pada tanggal 29 Agustus 2012 ada Jatsuli dari SMP 6 Buaran Klender,
sebelumnya pada 6 Agustus 2012 ada Jeremy Hasibuan siswa SMA Kartika di
Bintaro, Tangerang," kata Ketua Satgas Perlindungan Anak, M. Ihsan dalam
keterangannya di Jakarta, Rabu (26/9).
Sekjend Komisi
Perlindungan Anak Indonesia itu menambahkan dari peristiwa tawuran antar
pelajar antara SMA 6 dan SMA 70 itu, sebaiknya para pejabat tidak sibuk
mencari kambing hitam atas peristiwa Alawy tersebut. "Semua harus
membuka mata lebar-lebar bahwa Alawy bukan korban tawuran yang pertama,"
ujarnya.
Bahkan, kata Ihsan munculnya rekomendasi untuk
penggabungan dan pemindahan dua sekolah yang dibatasi dengan komplek
Kejaksaan Agung itu bukan suatu solusi.
Menurut Ihsan, tawuran
merupakan ekspresi kekerasan yang ditampilkan oleh pelajar karena
berbagai faktor seperti lemahnya pengasuhan dan ketahanan keluarga,
seperti perhatian dan kasih sayang orang tua, disharmonis/broken home,
perceraian dan lain-lainnya.
Selain itu, dari analisanya bahwa
tawuran dapat dipicu oleh ketidakmampuan orang dewasa memahami dunia
anak, energi yang tidak tersalurkan dengan baik dan fasilitas yang
terbatas, tekanan sistem pendidikan yang membuat anak stress, pengaruh
kelompok atau pergaulan, pendapat dan suara anak yang tidak didengarkan,
kurangnya penghargaan terhadap anak dan pemanfaatan waktu luang. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar