Jumat, 07 September 2012

Ukiran Mebel Jepara Tinggal Masalalu


Karena rencana kami untuk berlibur ke Karimunjawa digagalkan oleh cuaca buruk, maka kami menginap di Hotel Kalingga Star, Jepara. Menurut informasi, ombak setinggi 3 meter akan menghadang setiap kapal cepat atau ferry yang menuju Karimunjawa. Akibatnya, semua kapal laut  dilarang berlayar di perairan tersebut.

Dalam salah satu percakapan dengan salah seorang staf hotel, kami memperoleh informasi yang cukup memprihatinkan mengenai nasib ukiran kayu Jepara yang pada tahun 1990an mengalami booming yang luar biasa. Pada saat itu ekspor mebel ukiran Jepara mengalami masa keemasan. Banyak orang asing mengunjungi Jepara untuk memesan mebel.

Hotel Kalingga yang berbintang satu yang dibangun pada tahun 1983 ini pun menuai sukses. Kamarnya sejumlah 70 unit tak pernah kosong. Pemilik hotel yang berasal dari Semarang kemudian membangun hotel kedua yang berbintang tiga yaitu Hotel Jepara Indah pada tahun 1995 guna menampung tamu yang berlimpah datang ke Jepara.

Sayang sekali  booming mebel ukiran Jepara ini hanya berlangsung sampai tahun 2000an. Sekarang segala sesuatunya tinggal kenangan. Memang sepanjang jalan protokol masih banyak toko-toko yang menjual mebel, tetapi banyak juga yang sudah tutup. Sampai-sampai ada spanduk besar yang bertuliskan dalam bahasa Inggris yang mengundang pemilik kontainer datang ke tempat tersebut. Mungkin hal ini tidak bakalan terjadi pada masa ukiran Jepara mengalami masa keemasannya.

Karena bisnis ukiran kayu Jepara demikian berkembangnya, maka muncullah sisi gelapnya. Kayu jati milik Perhutani ditebang sebanyak-banyaknya. Tanpa melihat tingkat kekeringan kayu, semuanya dijadikan mebel sehingga ketika tiba di tempat tujuan, kayu tersebut retak-retak dan pecah. Akibatnya pembeli di Eropa membatalkan pesanan dan tak mau bayar produk yang gagal tersebut karena pembelian dilakukan bukan atas letter of credit (L/C) melainkan atas dasar telegrahic transfer (TT).

Yang lebih parah lagi adalah uang muka yang diterima dipakai untuk foya-foya sehingga tidak dapat memenuhi pesanan para pembelinya. Akibatnya, kepercayaan terhadap produsen mebel Jepara menjadi luluh lantak. Mereka tak mau  membeli mebel Jepara lagi. Akibatnya, banyak pengusaha mebel yang gulung tikar. Akibatnya, ukiran kayu Jepara yang dahulu tersohor, kini tinggal kenangan masa lalu. Sumber

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Menarik bangat postingan ini,
Sukses ssob...