G30S, Soekarno Bersembunyi di Halim dan Bogor
Selama pergolakan Gerakan 30 September 1965, Presiden Soekarno sempat berpindah tempat persembunyian beberapa kali. Dari Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto, Bung Karno mengumpet di Grogol, di rumah istrinya, Harjati. Kemudian ia hijrah ke Landasan Udara Halim Perdanakusuma. (Baca selengkapnya: Saat G30S, Bung Karno Teradang Kepungan Tentara)
Belum
sampai landasan, mobil yang ditumpangi Bung Karno berbalik arah. Sebab,
di depan Markas Angkatan Udara Halim, berdiri Panglima Angkatan Udara
Omar Dhani dan deputinya, Leo Wattimena. Mereka pun mencari tempat
peristirahatan sementara bagi Bung Karno.
»Akhirnya kami
ke rumah Komodor Susanto,” kata Letnan Kolonel Polisi (Purn) Mangil
Martowidjojo di majalah Tempo edisi 6 Oktober 1984. Di masa terjadinya
gerakan 30 September 1965, Mangil berlaku sebagai Komandan Detasemen
Kawal Pribadi dari Resimen Cakrabirawa. Sedangkan Komodor Susanto adalah
pilot pesawat yang biasa dipakai Bung Karno bila keliling Indonesia.
Di
rumah itu, datang Brigadir Jenderal Supardjo, Mayor Subambang, Mayor
Sutrisno, dan Brigadir Jenderal Sabur. Menjelang tengah hari, datang
Jaksa Agung Jenderal Sutardhio dan Jaksa Agung Muda Brigjen Sunaryo.
Lalu muncul Panglima Angkatan Laut Laksamana Martadinata, Pangak
Jenderal Sutjipta Judodihardjo, serta Menteri Koordinator Kabinet
Dwikora I Dr Johannes Leimena.
Sekitar pukul 17.00,
anak-anak Bung Karno hadir. Mereka adalah Megawati, Rahmawati,
Sukmawati, dan Guruh. Tapi keempatnya tidak lama di sana. Mereka
langsung diterbangkan ke Bandung dengan helikopter. Pukul 18.00, Komodor
Susanto melaporkan adanya konvoi militer menuju Halim. »Tapi iringan
dihentikan di depan pos PGT (Pasukan Gerak Tjepat) TNI-AU,” kata Mangil.
Malamnya,
pukul 20.00, istri kelima Bung Karno, Ratna Sari Dewi Soekarno, datang
ke Halim. Tapi tidak lama juga. Usai berdiskusi dengan Bung Karno, ia
kembali ke Wisma Yaso. Sedangkan Kolonel Saelan mengatur persiapan buat
meninggalkan Halim.
Kata Mangil, pelarian itu berjalan
bertahap. Bung Karno menumpang mobil Prins biru, berplat B 3739 R.
Bersama dia ada Leimena, Bambang Wijanarko Sudarso sebagai ajudan Bung
Karno, dan Suparto. Semua pengawal, kecuali seorang yang berseragam
Cakrabirawa, memakai baju preman. Selain itu tiap orang membawa
revolver. Tujuannya agar tidak mencolok tentara yang patroli.
»Total
ada delapan mobil pada rombongan. Di dalam jip terdapat 18 senjata
Thomson. Dan jelang tengah malam, kami sampai di Istana Bogor,” kata
Mangil. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar