Sabtu, 29 September 2012

Gerakan 30 September Bung Karno Terkepung


Saat G30S, Bung Karno Teradang Kepungan Tentara  

Kabar penembakan di rumah Jenderal Abdul Haris Nasution pada 30 September 1965 membuat kaget Presiden Seokarno. Atas saran Letnan Kolonel Polisi (Purn) Mangil Martowidjojo, Komandan Detasemen Kawal Pribadi dari Resimen Cakrabirawa kala itu, Bung Karno meninggalkan Wisma Yaso menuju Istana Merdeka. (Baca lengkap: Kegiatan Bung Karno Kala G30S/PKI Versi Pengawal)


Waktu konvoi sampai Jembatan Dukuh Atas, ada kabar lewat pemancar radio bahwa Istana dikepung tentara. Dengan handie talkie, Mangil mencoba menghubungi mobil Chrysler hitam berplat B 4747, yang ditumpangi Bung Karno. Tapi gagal. Sebab, alat komunikasi itu tidak berfungsi baik.


»Dengan kecepatan 40 kilometer per jam, mobil Chrysler semakin mendekati Istana,” kata Mangil dalam artikel Kisah-kisah Oktober 1965 pada majalah Tempo edisi 6 Oktober 1984.


Masih berusaha mengubah rute kendaraan, Mangil berteriak ke konvoi agar belok kiri, menuju Jalan Kebon Sirih. Tapi usahanya sia-sia. Ajudan Bung Karno, Suparto, tidak mendengar perintah Mangil. Mobil Bung Karno tak berbelok, sedangkan dari kejauhan terlihat tentara yang mengepung Istana. Mangil kembali berteriak. Kali ini lebih keras, sampai akhirnya iringan mobil berbelok ke Jalan Budi Kemuliaan.


Karena lalu lintas macet, rombongan sempat terhenti. Kemudian muncul panggilan radio dari ajudan Kolonel Saelan. Mereka diminta menuju ke Grogol, ke tempat Harjati. »Dia adalah istri Bapak (Bung Karno) yang lain,” kata Mangil.


Konvoi tiba di rumah Harjati sekitar pukul 08.00. Satu jam kemudian, datang Ajudan Komisaris Besar Sumirat dan Jaksa Agung Muda Brigjen Sunaryo. Mereka pun berunding soal tempat yang aman buat Bung Karno. Sejumlah usul keluar. Misalnya ke rumah kosong milik Sie Bien Ho di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tapi ide ini ditolak. Kolonel Saelan menginstruksikan Bung Karno dibawa ke Halim Perdanakusuma.


Kata Mangil, instruksi ini sesuai dengan pedoman bila presiden dalam bahaya. Beberapa pilihan menurut pedoman itu yakni dilarikan ke asrama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sekarang TNI, atau menuju ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma di mana tersedia pesawat Jetstar yang siap terbang, langkah lainnya ke Tanjung Priok di mana ada dua kapal ALRI Varuna I dan Varuna II, atau Istana Bogor di mana terdapat helikopter.


»Berganti ke VW kodok biru, Bapak, Brigjen Sunaryo, dan Ajudan Sudarso menuju Halim pukul 09.30. Mobil dikendarai Suparto,” ujar Mangil. Sumber

Tidak ada komentar: