Beberapa nama sudah menjadi
tersangka, di antaranya bekas bendahara Muhammad Nazaruddin, Angelina
Sondakh, Andi Mallarangeng, dan mantan anggota Dewan Pembina Hartati
Murdaya Poo.
Bahkan terakhir Ketua Umum Partai Anas Urbaningrum
juga diseret-seret dalam pusaran kasus korupsi. Akibat kasus-kasus itu,
partai gonjang-ganjing. Konon, di pejabat partai berlambang Mercy itu
sedang pecah. Muncul faksi-faksi siap melengserkan Anas. "Sebenarnya
sejak kongres Bandung sudah ada," kata anggota Dewan Penasihat Partai
Profesor Subur Budisantoso.
Lalu bagaimana pergolakan di tubuh partai itu? Berikut penuturan Subur saat ditemui Muhammad Taufik dan Islahudin dari merdeka.com di rumahnya, Ciputat, Jakarta Selatan, Rabu (12/12).
Pengurus Demokrat sepertinya terpecah?
Sebenarnya
sejak kongres Bandung sudah ada. Lihat pernyataan Max Sopacua, walau
dia itu yang bawa saya, yang ngajari saya, dia seperti frustasi entah
kenapa? Atau tidak nyaman di situ sebagai wakil ketua umum. Kalau faksi
dari Andi Mallarangeng tidak kelihatan. Tapi kalau faksi Marzuki Ali
sepertinya kuat. Marzuki kayaknya bersinergi dengan Syarif Hasan. Dalam
rapat-rapat pembina sering kali mereka berdua itu. Padahal mereka berdua
ini tidak tahu kalau menjatuhkan Anas, penggantinya bukan mereka. Saya
sudah memperingatkan mereka. Jangan berharap. Tetapi sekarang mereka
sudah reda.
Ada isu pelengseran Anas menjelang silaturahmi nasional di Bogor, Jumat-Sabtu pekan ini?
Kalau
ada yang tidak puas ditampung. Tetapi belum tentu (pelengseran)
diterima oleh SBY. Dulu pertama kali waktu Anas akan digusur, saya kirim
surat ke SBY, akhirnya SBY juga bilang Anas dipertahankan. Sekarang,
serangan dari Syarif Hasan misalnya. Dia bilang kalau tidak sekarang
mengganti Anas nanti terlambat. Tetapi menurut saya sekarang atau nanti
dampaknya sama saja. Harus ingat, ini kesalahan partai juga. Itu HMI
(basis kekuatan Anas) sudah terlalu kuat.
Apa mungkin Anas diganti lewat kongres luar biasa?
Kalau
mengganti Anas, itu masalahnya seperti apa dulu? Kalau mau
mempertahankan Demokrat, mengganti ketua umum itu seperti mengganti
lokomotif di rel. Tapi persoalannya bukan sekedar mengganti lokomotif
saja, ketua umum juga memiliki gerbong. Nanti partai malah
terpontang-panting. Betapapun satu organisasi itu kalau pemimpinnya
diganti tanpa alasan kuat, itu sulit dong.
Kecuali dia (Anas)
sudah menjadi tersangka. Demokrat pasti melakukan itu (pelengseran)
kalau dia menjadi tersangka. Demokrat sudah mempelopori. Pemberhentian
Nazarudin. Demokrat partai politik pertama menggusur kadernya ketika
menjadi tersangka. Kesalahan Demokrat hanya ketika sudah memberhentikan
kader dari jabatannya, partai tidak melindungi. Akibatnya dia diambil
partai lain, lalu diperes informasinya.
Setelah kemelut, apa harus dilakukan Demokrat?
Kalau
saya, selesaikan kepemimpinan sekarang sampai pemilihan umum. Dukung
siapapun pemimpinnya selama itu konstitusional. Asalkan partai ini bisa
meningkatkan kegiatan lebih ke daerah-daerah, pasti jadi lebih baik.
Saya tidak pernah berada di Jakarta. Saya selalu keliling ke
daerah-daerah, dari Kalimantan Timur, Lombok, Batam untuk meredakan
ketegangan ini. Saya sering berkunjung ke daerah-daerah dan membuat
panggung sebanyak mungkin.
Menurut Anda, Demokrat dapat bertahan atau bubar?
Saya
rasa kondisi Demokrat mungkin tetap, kalaupun turun itu sedikit. Kenapa
turun, karena SBY bukan lagi presiden, tidak lagi menjadi ikon.
Seharusnya sekarang partai punya ikon baru karena selama Pak SBY
memimpin tidak akan ada tokoh baru muncul. Lihat saja selama ini tidak
ada yang berani bikin pernyataan politik serius soal pengganti SBY,
bukan pernyataan lawakan. Pernyataan serius misalnya, dari sekarang
sudah ada pernyataan calon peresiden dari kader sendiri. Kalau perlu
Anas, itu bila terbukti bersih.
Tetapi hampir semua pilkada calon Demokrat kalah?
Mungkin
perhitungan kami salah, tetapi kadang kondisinya memang ada yang main
duit. Ini saya sesalkan. Kadang orang luar partai diangkat menjadi
calon. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar