Selasa, 06 November 2012

Jokowi Mau Tidur Kesandung


Melihat begitu banyaknya media yang memberitakan segala ini-itu tentang Gubernur DKI Joko Widodo, saya mulai ragu-ragu apakah Jokowi itu nama Gubernur Jakarta atau artis papan atas ibu kota.

Misalnya artikel yang berjudul “Jokowi: Saya Mau Tidur, Mau Ikut?” di salah satu situs berita ternama ini. Di berita ini ucapan Jokowi dikutip:

“Habis ini mau tidur. Saya kan suka tidur. Mau ikut?’ kata Jokowi sambil tertawa. Meski begitu, tetap saja beberapa wartawan menungguinya. Barangkali Jokowi akan melakukan sidak seperti biasanya, siapa tahu...”

Ketimbang menjadi berita yang bernilai untuk konsumsi masyarakat luas, artikel tersebut lebih terdengar seperti curahan hati para wartawan. Judul artikelnya pun, entah sengaja atau tidak, terkesan genit.

Ada contoh lain. Alkisah, dalam artikel “Sesi Foto Gubernur, Jokowi Merasa Ganteng”,  Jokowi baru saja mengikuti sesi foto dalam balutan seragam dinas. Seorang wartawan lalu memuji, dengan mengatakan Jokowi terlihat ganteng. Mendengar itu, Jokowi pun membalas, "Lho baru tahu? Saya sudah lama ganteng!"

Gurauan tersebut tentu menarik dan mengundang tawa. Berita itu besar kemungkinan laku dibaca. Namun, apakah kisah kegantengan seorang gubernur cukup bermutu untuk dijadikan satu artikel utuh, yang juga bagian dari segmen yang mengulas 100 hari kerja gubernur Jakarta yang baru?

Jika artikel yang ringan-ringan seperti ini muncul sesekali saja, tentu bukan masalah besar. Namun, masalahnya, mereka muncul berkali-kali. Sebutlah “Jokowi Kesandung Tali Sepatunya Sendiri” , yang menceritakan Jokowi yang nyaris terjatuh setelah turun dari mobil. Dia tidak jatuh, hanya nyaris jatuh dan hal itu naik jadi berita.

Ada pula “Jokowi Lincah, Selokan 1,5 meter pun Diloncati”, yang memberikan kesan Jokowi seperti sesosok ninja yang pandai mendaki gunung lewati lembah.

Di salah satu portal berita lain juga serupa. Sebuah artikel pendek menceritakan Jokowi yang gemar joging. Artikel lain mengusut motif Jokowi menggunakan mobil Land Cruiser — yang memang sudah haknya. 

Lalu, tak ketinggalan, artikel yang menceritakan berbagai bentuk canda narsisistis Jokowi

Bukan berarti berita-berita ringan tersebut negatif. Cerita-cerita kecil semacam itu sebetulnya anekdot menarik yang mampu memperkaya berita dan mencairkan tulisan. Kegetolan wartawan untuk terus meliput Jokowi yang mondar-mandir sepanjang hari, hingga mendapatkan cerita-cerita sederhana yang kerap terabaikan itu, pun patut diacungkan jempol.

Tetapi, ketika anekdot-anekdot seperti itu dijadikan pokok berita dengan jumlah yang berlebihan, berita-berita tersebut bisa jadi malah kehilangan mutu. Akan lebih bermanfaat bagi pembaca, apabila wartawan lebih menyoroti kejadian-kejadian penting yang berkaitan dengan peran Jokowi sebagai gubernur — ketimbang memberitakannya ala infotainment. Sumber

Tidak ada komentar: