Dalam hal ini proses
penyusunan peraturan presiden dan keputusan presiden (perpres dan
keppres) terkait keringanan fiskal untuk mobil LCGC masih dibahas,
setelah sebelumnya dijanjikan akan selesai pekan pertama September.
"Pembahasan
mencakup kategori mobil listrik, hybrid, dan hemat BBM. Sekarang masih
pembahasan, tetapi sudah ada beberapa yang disepakati. Hasilnya nanti
saja. Ya mungkin selesai November," ujar Staf Khusus Presiden bidang
Ekonomi, Firmansyah.
Pembahasan perpres dan keppres dilakukan oleh
Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. Pembahasannya
mencakup golongan LCGC, kapasitas mesin, daya tempuh per liter, dan
sumber energi baru terbarukan.
Selain Agya - Ayla, pihak Mitsubishi melalui produk Mirage sudah menyatakan akan ikut turun di segmen ini.
"Mitsubishi
Mirage diarahkan ke program LCGC," ungkap Direktur Pemasaran PT Krama
Yudha Tiga Berlian Motors Rizwan Alamsjah seraya menyebut bahwa pihaknya
masih menunggu detail program tersebut.
Andaikata keikutsertaan
ini terealisasi, maka dengan demikian Mitsubishi Mirage harus diproduksi
di dalam negeri dan memiliki kandungan lokal 80 persen. Hal ini sudah
menjadi syarat utama dalam program pemerintah tersebut. Daihatsu selaku
produsen Ayla pun sudah melihat potensi pasar LCGC.
"Setidaknya
ada 30 juta orang di kelas menengah untuk saat ini. Lalu jumlah itu
terbagi lagi ke dalam kelas-kelas (menengah atas, sedang, dan bawah).
Misalnya saja 6 persen dari itu mampu membeli mobil di bawah Rp. 100
juta (1,8 juta orang)," ungkap Direktur Marketing PT Astra Daihatsu
Motor, Amelia Tjandra, yang juga menyebut bahwa angka itu akan
diperebutkan bersama produsen-produsen lain yang mengeluarkan produk di
segmen serupa.
Selain duo Agya - Ayla, pasar mobil di bawah Rp.
100 juta ini antara lain akan diperebutkan juga oleh Tata Nano, Honda
Brio (dirumorkan akan ada versi LCGC), dan Suzuki Alto. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar