Dua buah kardus kosong disiapkan. Satunya bertulisan KPK dan kardus
lainnya polisi. Dua orang berdiri di belakang kardus, sebagai simbol
dari masing-masing penegak hukum tersebut. Sebagian peserta aksi
menawarkan selarik kertas kosong kepada masyarakat yang melintas di
Jalan Slamet Riyadi. Masyarakat diminta memilih KPK atau polisi dan
memasukkannya ke kardus yang sesuai.
Setelah sekitar 1,5
jam menggelar penggalangan suara sejak pukul 07.00, diperoleh hasil
bahwa 137 orang mendukung Komisi Antikorupsi. Sementara yang memilih
mendukung Polri hanya empat orang. "Itu pun dengan syarat polisi yang
didukung adalah polisi yang jujur," ucap koordinator aksi penggalangan
suara Daud Nugrahto, Ahad, 7 Oktober 2012.
Hasil
penggalangan suara membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat mendukung
KPK. Masyarakat tidak ingin ada pelemahan KPK, salah satu caranya
dengan menarik penyidik kepolisian yang bertugas di KPK. "Masyarakat
Solo ternyata sangat mendukung KPK sebagai garda terdepan dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia," katanya.
Salah
seorang warga, Aldi Dewanto, memilih KPK karena percaya hanya KPK yang
bisa diandalkan untuk memberantas korupsi di Indonesia. Dia mengaku
sudah tidak percaya lagi pada kinerja aparat kepolisian. "Seperti dalam
kasus korupsi di Polri, saya ragu akan selesai. Pasti ada rasa sungkan
dari penyidik kepolisian untuk memeriksa atasannya," ucapnya.
Apalagi sikap polisi yang menolak memperpanjang masa tugas penyidik
polisi di KPK, hanya akan membuat penyidikan perkara korupsi di KPK
tersendat. "Ujungnya, para koruptor yang bersorak gembira dan masyarakat
yang sengsara," dia mengeluh.
Daud mengatakan hasil
pemungutan suara akan dikirim ke kantor KPK di Jakarta. Selain itu,
spanduk berisi 1.000 tanda tangan dukungan untuk KPK juga ikut dikirim. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar