Peracik bom rakitan di Tambora, Muhammad Thoriq hampir
saja menuntaskan pembuatan lima bom rakitan di rumahnya. Lima bom
paralon yang disiapkan Thoriq hanya menyisakan pembuatan detonator dan
kabel penghubung.
"Bom itu sudah siap diledakkan. Bomnya dibuat
menggunakan paralon yang dipotong dengan ukuran 40 cm. Di dalamnya ada
paku yang bisa membunuh orang dengan efek lebih besar," kata Kepala
bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto di Jakarta, Kamis
(6/9/2012).
Namun aksi Thoriq meracik bom rakitan berantakan. Ia
gagal menuntaskan pembuatan bom rakitan lantaran rumahnya diserbu warga
saat asap putih mengepul dari rumah Thoriq. Warga khawatir terjadi
kebakaran saat asap putih di kediaman Thoriq tak kunjung berkurang.
Namun
di tengah kepanikan warga di kawasan Tambora, Thoriq justru melarikan
diri. Ia melarikan diri dengan tubuh diselimuti serbuk kimia berwarna
putih. Ia juga kabur mengenakan celana pendek tanpa alas kaki.
Dari
lokasi, polisi mengamankan panduan merakit bom, tiga kardus berisi
botol, lakban, dua wadah berisi paku, kaleng makanan, baterai, charger
telepon selular, potongan pipa, dan kabel, serta bahan lainnya.
Atas
temuan itu, Polda Metro Jaya memastikan pemuda berusia 32 tahun itu
sebagai anggota jaringan teroris. Selain bahan-bahan pembuat bom
rakitan, di lokasi tempat tinggal Thoriq juga ditemukan dokumen berisi
daftar anggota kelompok Al Qiyadah, sebuah pengajian eksklusif.
"Sementara memang ada kaitan antara (kelompok) Solo, Depok, dan Tambora," kata Rikwanto.
Ia
mengatakan, petugas kepolisian masih menelusuri kepastian hubungan
struktural antara pelaku teroris di Solo, Depok, dan Thoriq yang
berlokasi di Tambora Jakarta Barat.
"Lagi didalami apa target selanjutnya yang akan disasar pelaku teroris," ujar Rikwanto.
Berdasarkan
informasi, Rikwanto mengungkapkan berkembang istilah poros Solo -
Jakarta yang diduga menjadi target teror para pelaku.
"Memang ada
info poros Poso-Solo-Jakarta, namun masih dicari. Pihak yang berkompeten
dalam hal ini Densus 88, termasuk apa yang menjadi target sasaran
mereka," ucapnya.
Polisi diam-diam telah memantau Thoriq. Kapolres
Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Suntana menengarai, putra Iyot itu
ikut terlibat kelompok radikal. Dugaan polisi tak bertepuk sebelah
tangan.
Rabu (5/9/2012), rumah Thoriq ditemukan lembaran pembuatan
racun, detonator, bahan-bahan kimia yang diduga black powder, belerang,
sejumlah paku, dan lima buah pipa paralon yang berisi paku di kamar
Thoriq.
Sebelum temuan bahan-bahan peledak ditemukan di rumah
Thoriq, Densus 88 Antiteror Polri melakukan penggerebekan dan
penangkapan terduga teroris di Jalan Veteran, Solo, Jawa Tengah, pada
Jumat (31/8/2012) malam. Dua orang terduga teroris tewas di tempat,
yakni Farhan dan Muchlis.
Sementara seorang anggota Densus 88
turut gugur dalam tugasnya bernama Bripda Suherman. Satu orang terduga
teroris lainnya, yakni Bayu, ditangkap di Karanganyar, Jawa Tengah.
Pada
Rabu (5/9/2012) pagi, tim Densus 88 kembali menggerebek sebuah rumah di
Taman Anyelir 2, Cilodong, Depok, Jawa Barat. Di sana, petugas menciduk
Firman yang masih terkait dengan kelompok di Solo. Kelompok ini
merupakan kelompok terorisme yang pernah bergabung dan melakukan latihan
militer bersama Abu Sayaf di Mindanao, Filipina.
Mereka kemudian
masuk ke Indonesia dan melakukan aksi teror ke sejumlah pos kepolisian
pada bulan Agustus 2012. Ada tiga aksi teror di Solo yang melibatkan
kelompok ini, termasuk penembakan pos polisi Singosaren, Jawa Tengah,
yang menyebabkan Bripka Dwi Data Subekti meninggal dunia akibat luka
tembak di bagian dada. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar