Jumat, 07 September 2012

Thoriq Nyaris Selesaikan 5 Bom


Peracik bom rakitan di Tambora, Muhammad Thoriq hampir saja menuntaskan pembuatan lima bom rakitan di rumahnya. Lima bom paralon yang disiapkan Thoriq hanya menyisakan pembuatan detonator dan kabel penghubung.

"Bom itu sudah siap diledakkan. Bomnya dibuat menggunakan paralon yang dipotong dengan ukuran 40 cm. Di dalamnya ada paku yang bisa membunuh orang dengan efek lebih besar," kata Kepala bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto di Jakarta, Kamis (6/9/2012).

Namun aksi Thoriq meracik bom rakitan berantakan. Ia gagal menuntaskan pembuatan bom rakitan lantaran rumahnya diserbu warga saat asap putih mengepul dari rumah Thoriq. Warga khawatir terjadi kebakaran saat asap putih di kediaman Thoriq tak kunjung berkurang.

Namun di tengah kepanikan warga di kawasan Tambora, Thoriq justru melarikan diri. Ia melarikan diri dengan tubuh diselimuti serbuk kimia berwarna putih. Ia juga kabur mengenakan celana pendek tanpa alas kaki.


Dari lokasi, polisi mengamankan panduan merakit bom, tiga kardus berisi botol, lakban, dua wadah berisi paku, kaleng makanan, baterai, charger telepon selular, potongan pipa, dan kabel, serta bahan lainnya.


Atas temuan itu, Polda Metro Jaya memastikan pemuda berusia 32 tahun itu sebagai anggota jaringan teroris. Selain bahan-bahan pembuat bom rakitan, di lokasi tempat tinggal Thoriq juga ditemukan dokumen berisi daftar anggota kelompok Al Qiyadah, sebuah pengajian eksklusif.

"Sementara memang ada kaitan antara (kelompok) Solo, Depok, dan Tambora," kata Rikwanto.
Ia mengatakan, petugas kepolisian masih menelusuri kepastian hubungan struktural antara pelaku teroris di Solo, Depok, dan Thoriq yang berlokasi di Tambora Jakarta Barat.

"Lagi didalami apa target selanjutnya yang akan disasar pelaku teroris," ujar Rikwanto.
Berdasarkan informasi, Rikwanto mengungkapkan berkembang istilah poros Solo - Jakarta yang diduga menjadi target teror para pelaku.

"Memang ada info poros Poso-Solo-Jakarta, namun masih dicari. Pihak yang berkompeten dalam hal ini Densus 88, termasuk apa yang menjadi target sasaran mereka," ucapnya.


Polisi diam-diam telah memantau Thoriq. Kapolres Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Suntana menengarai, putra Iyot itu ikut terlibat kelompok radikal. Dugaan polisi tak bertepuk sebelah tangan.
Rabu (5/9/2012), rumah Thoriq ditemukan lembaran pembuatan racun, detonator, bahan-bahan kimia yang diduga black powder, belerang, sejumlah paku, dan lima buah pipa paralon yang berisi paku di kamar Thoriq.


Sebelum temuan bahan-bahan peledak ditemukan di rumah Thoriq, Densus 88 Antiteror Polri melakukan penggerebekan dan penangkapan terduga teroris di Jalan Veteran, Solo, Jawa Tengah, pada Jumat (31/8/2012) malam. Dua orang terduga teroris tewas di tempat, yakni Farhan dan Muchlis.

Sementara seorang anggota Densus 88 turut gugur dalam tugasnya bernama Bripda Suherman. Satu orang terduga teroris lainnya, yakni Bayu, ditangkap di Karanganyar, Jawa Tengah.


Pada Rabu (5/9/2012) pagi, tim Densus 88 kembali menggerebek sebuah rumah di Taman Anyelir 2, Cilodong, Depok, Jawa Barat. Di sana, petugas menciduk Firman yang masih terkait dengan kelompok di Solo. Kelompok ini merupakan kelompok terorisme yang pernah bergabung dan melakukan latihan militer bersama Abu Sayaf di Mindanao, Filipina.


Mereka kemudian masuk ke Indonesia dan melakukan aksi teror ke sejumlah pos kepolisian pada bulan Agustus 2012. Ada tiga aksi teror di Solo yang melibatkan kelompok ini, termasuk penembakan pos polisi Singosaren, Jawa Tengah, yang menyebabkan Bripka Dwi Data Subekti meninggal dunia akibat luka tembak di bagian dada. Sumber

Tidak ada komentar: