Para tersangka pelaku tindak pidana terorisme di Solo
diduga melakukan latihan militer di kawasan Gunung Merbabu, Jawa Tengah.
Hal ini terungkap dari hasil pemeriksaan tersangka Bayu, 24 Tahun, yang
tertangkap hidup di Karang Anyar, Jawa Tengah, 31 Agustus 2012.
"Pelatihan di wilayah Gunung Merbabu, di sekitar Boyolali dan Surakarta," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Boy Rafli saat ditemui di kantornya, Selasa, 4 Agustus 2012.
Di lokasi tersebut, kelompok ini juga melakukan persiapan untuk aksi-aksi penyerangan di Solo. Hasil pemeriksaan ini juga menjadi catatan polisi untuk mengungkap jaringan tersebut. "Mereka mengadakan pelatihan sekitar bulan Juni 2012," kata Boy.
Kota Solo, menurut Boy, adalah target pertama kelompok yang diduga belum memiliki nama tersebut. Solo dipilih karena para tersangka sangat menguasai wilayahnya sehingga memungkinkan penyerangan cepat dan pelarian diri tanpa jejak.
Tiga tersangka ini juga diduga cukup mengenal Kota Solo karena pernah menjalani proses belajar di Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki. "Satu lulusan tahun 2007 dan satu lulusan 2010, tapi masih harus dikroscek kepastiannya," kata Boy.
Di Gunung Merbabu, kelompok ini juga diduga merencanakan tindak pidana pencurian pada sebuah toko emas di Pasar Klewer. Belum diketahui pasti alasan aksi ini batal dilakukan sebelum Idul Fitri 1433 Hijriah. Polisi menduga situasi dan penjagaan di sekitar toko tidak memungkinkan pencurian.
Pada 31 Agustus 2012, Detasemen Khusus Antiteror 88 Markas Besar Polri menangkap tiga orang tersangka teror di Solo. Ketiganya diduga menjadi pelaku penyerangan di tiga pos polisi.
Tersangka Farhan dan Muchsin tewas dalam baku tembak di Jalan Veteran, Solo. Sedangkan tersangka Bayu berhasil ditangkap hidup di Karang Anyar, Jawa Tengah. Bayu kemudian dibawa ke Jakarta untuk diperiksa.
Pada penyerangan Pos Pengamanan Mudik di Gemblekan, 17 Agustus 2012, pelaku memberondong pos yang menyebabkan dua polisi tertembak di bagian pinggul dan jari kaki. Pada penyerangan ke Pos Pengamanan Mudik di Gladak, 18 Agustus 2012, pelaku melemparkan sebuah granat nanas. Meski tidak menimbulkan korban, ledakannya menyebabkan keresahan.
Pada 30 Agustus, pelaku menyerang Pos Polisi di Singosaren dengan menembak dalam jarak dekat anggota polisi yang berjaga. Dalam peristiwa ini, Brigadir Kepala Dwi Data Subekti tewas dengan empat luka tembak di bagian dada. Dalam penangkapan tersangka di Jalan Veteran Solo, Brigadir Satu Anumerta Suherman juga tewas tertembak di bagian perut. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar