Senin, 10 September 2012

Pilkada, Jangan Terima Uangnya, Jangan Pilih Orangnya

Menyongsong Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, Ketua Pokja Sosialisasi Pemungutan dan Penghitungan Suara KPU Provinsi DKI Jakarta, Sumarno, kembali menegaskan agar masyarakat waspada dengan adanya praktik money politic yang biasanya gencar terjadi menjelang pilkada. Menurut Sumarno, masyarakat harus menjadi pemilih cerdas yang memilih secara rasional, jangan tergiur dengan uang. Oleh karena itu, sebelum memilih sebaiknya seorang yang memiliki hak suara dalam pilkada wajib mengenali visi dan misi setiap kandidat, menilai program kerja serta rekam jejaknya.
Anggota Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, Sumarno menunjukkan surat suara untuk pemilihan kepala daerah DKI Jakarta putaran kedua, di kantor KPU DKI Jakarta, Jumat (31/8/2012). Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta putaran kedua akan dilaksanakan pada 20 September 2012. Pasangan Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli dan Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama akan kembali beradu pada putaran kedua tersebut.


"Jangan ikut-ikutan, jangan mudah terhasut dan harus mewaspadai money politic," katanya.

Menurut Sumarno, praktik money politic memiliki korelasi dengan korupsi. Uang yang digunakan untuk praktik money politic diduga hasil korupsi, pun kelak jika terpilih, pemimpin terpilih pun akan korupsi, untuk menutup kerugiannya karena praktik money politic.

"Kalau dikasi uang jangan terima, jangan terima uangnya, jangan pilih orangnya karena bisa saja itu hasil korupsi," kata Sumarno saat melakukan sosialisasi Pilkada DKI Jakarta putaran kedua di hadapan siswa kelas XII di SMA 25 dan SMA 68, Jakarta Pusat, Senin (10/9/2012).

Mengantisipasi tingginya angka golongan putih (golput) dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, Sumarno juga kembali mengatakan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Partisipasi aktif ini diwujudkan dengan mendatangi TPS pada 20 September dan menggunakan hak suara dengan memilih pasangan cagub dan cawagub yang diyakini mampu memimpin DKI Jakarta.

"Jangan dijadikan alasan untuk jalan-jalan. Liburan itu dijadikan kesempatan yang diberikan kepada pemilih untuk datang ke TPS, untuk coblos," ujarnya.

Kepada para siswa SMA, Sumarno juga menjelaskan bahwa Negara Indonesia menganut sistem demokrasi yang oleh karenanya peran masyarakat sangat penting dalam mengawal berbagai kebijakan dan menentukan para pemimpinnya.

"Mengapa perlu memilih? Banyak yang bilang, mendingan ke warnet atau liburan ke mana gitu. Pandangan itu salah. Dalam pendidikan kewarganegaraan, adik-adik sudah tahu bahwa pemerintahan kita dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jadi, sebenarnya kita pemegang kekuasaan. Itu berarti, jika kita ikut memilih, kita mewakilkan kedaulatan kita kepada orang yang kita percayai," ungkapnya.

Partisipasi pemilih pemula, seperti anak-anak SMA, dalam menentukan pemimpin DKI Jakarta pun dinilai sangat penting. Ia menilai pemilih pemula ini bersikap kritis dan jumlahnya cukup signifikan. Kontribusi mereka akan memberikan hal positif untuk pilkada kali ini. Untuk itu, Sumarno berharap para calon pemilih tersebut tidak menjadi golput atau mengabaikan hak pilihnya.

Putaran kedua Pilkada DKI Jakarta akan diikuti oleh 800.000 pemilih pemula atau 20 persen dari kesemua pemilih. Pemilih pemula merupakan pemilih yang berumur 17 tahun hingga 11 Juli 2012. Adapun yang berumur 17 tahun antara 11 Juli dan 20 September 2012 tidak termasuk dalam kategori pemilih karena tetap tak diperkenankan mencoblos pada putaran kedua.

Kepada 90 siswa yang hadir dalam acara tersebut, Sumarno menjelaskan bahwa model kampanye pada pilkada putaran kedua berbeda dari model kampanye pada Pilkada DKI Jakarta putaran pertama. Ia mengajak para pemilih pemula untuk menyaksikan kampanye calon kepala daerah melalui debat dan talkshow di televisi. Kampanye melalui media massa ini ditujukan untuk penajaman visi dan misi kandidat peserta yang berlangsung selama 14-16 September. Sumber                             

Tidak ada komentar: