6 September 2004, Munir Said Thalib berpamitan dengan
orang-orang yang disayanginya di Bandara Soekarno Hatta. Itulah kali
terakhir Suciwati melihat suaminya tersenyum.
Munir, aktivis dan
pembela HAM itu, tewas dibunuh dengan racun. Hingga kini, delapan tahun
kemudian, kasus ini belum juga tuntas.
Sidang demi sidang
berlangsung. Pilot Garuda yang membubuhkan racun dalam minuman Munir,
Pollycarpus Budihari dihukum 20 tahun. Mantan Direktur Utama Garuda
Indra Setiawan dihukum satu tahun. Tim pencari fakta dibentuk. Tapi
siapa pembunuh munir yang sesungguhnya? Kenapa Munir dibunuh?
Pertanyaan-pertanyaan itu masih gelap. Segelap nasib para korban
pelanggaran HAM yang diperjuangkannya.
Munir sudah tidak bersama
kita, tapi perjuangannya masih. Mari kita kenang Munir melalui kerja
kerasnya memperjuangkan nasib para korban pelanggaran HAM.
Berikut adalah foto-foto aktivitas Munir antara tahun 1993 hingga 2004. (Foto: Tempo, Teks: Famega)
Munir dikenal sederhana,
bepergian dengan mengendarai motor Astrea tua. Pernah suatu hari, motor
Munir dicuri. Begitu tahu bahwa motor itu milik Munir, pencurinya merasa
bersalah dan mengembalikan motor itu.
Munir bersama para korban
penculikan, antara lain Desmond J Mahesa. Kelak Desmon menjadi pembela
bagi Muchdi PR yang dituduh terlibat membunuh Munir. Muchdi kemudian
bebas.
Munir juga adalah pembela
hak-hak buruh. Dia berkenalan dengan istrinya, Suciwati, saat
mengadvokasi buruh. Dalam foto ini Munir hadir dalam acara dengar
pendapat Forum Buruh dengan anggota DPR Fraksi ABRI di Gedung DPR/MPR
RI, Jakarta, 1993
Munir menjadi penasehat hukum bagi mereka yang tertindas hak asasinya, dari Maluku, Tanjung Priok, Aceh maupun Timor-Timur.
Berfoto bersama keluarga korban penculikan. Munir tak pandang bulu dalam membela kasus pelanggaran HAM.
Munir bersama orang tua yang
anaknya diculik, 1999. Sama seperti kasus pembunuhan Munir, kasus
penculikan ini hingga kini juga belum tuntas.
Munir dan rekan-rekan di Kontras, 1998.
Munir saat mengadvokasi masalah HAM di Timor Timur di Kantor Komnas HAM, 1999.
Munir saat lokakarya mengenai hak asasi manusia di Jakarta, 2000.
Bersama keluarga korban penculikan mengadakan konferensi pers.
Mengutarakan bukti-bukti kasus kekerasan di Aceh kepada anggota Komisi I DPR-RI, 2002.
Gus Dur dan Munir saat
menyatakan tak akan mencalonkan presiden dari kalangan militer yang
kerap melakukan pelanggaran HAM, 2004.
Melaporkan peristiwa Tanjung
Priok ke Mabes Polri. Para korban menginginkan perlindungan hukum dari
Polri agar saksi terlindungi dan persidangan berjalan lancar.
Sebelum rapat kerja dengan DPR mengenai RUU Tindak Pidana Terorisme, 20 Februaru 2003.
Bicara soal amandemen Undang-Undang Dasar, 18 April 2002
Dukungan internasional juga berdatangan demi mendesak dituntaskannya kasus Munir.
Pergi melalui Terminal
Keberangkatan, Munir pulang dalam peti mati melalu gudang kargo. Peti
jenazah Munir di gudang kargo Merpati, Bandara Soekarno-Hatta,
Cengkareng, Tangerang, Banten, 11 September 2004.
Seribu lilin untuk mengenang Munir di Bundaran HI, Jakarta, 12 September 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar