»Itu tidak ada hubungannya dengan sentimen SARA,” kata Budi Siswanto,
Sekretaris Tim Sukses Foke-Nara ketika dihubungi kemarin. »Itu skenario
untuk mencairkan ketegangan suasana debat dan memancing emosi lawan,”
kata dia lagi.
Pada sesi terakhir Debat Calon Gubernur DKI yang ditayangkan langsung
MetroTV, Nachrowi membuka pertanyaannya kepada Basuki dengan sapaan,
»Haiya Ahok.” Tak hanya itu, Ketua Partai Demokrat Jakarta ini juga
mengubah aksen suaranya, menirukan suara orang Tionghoa. ‘Serangan’
Nachrowi Ramli ini dikritik karena bisa ditafsirkan sebagai pelecehan
pada etnisitas Basuki.
Sejumlah pengamat independen yang diminta Tempo menilai penampilan
dan isi debat pada Minggu malam lalu, menyatakan sapaan Nachrowi itu
bernada merendahkan Basuki. Pengamat tata kota Marco Kusumawijaya,
menilai ucapan 'Haiya Ahok' itu sebagai sindiran kepada warga keturunan.
»Ini justru melemahkan pasangan Foke-Nara, khususnya Nara,” kata dia.
Ade Armando, pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia sepakat.
Dia bahkan menyebut insiden ini sebagai blunder kubu Foke-Nara. Ketua
Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit, meminta semua calon
Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta mengedepankan gaya komunikasi
politik yang baik. »Jangan melontarkan pernyataan yang berbau
diskriminasi,” kata dia.
Kubu Jokowi-Ahok mengaku menangkap pesan SARA dalam pernyataan Nara.
»Rasanya begitu, tapi biarlah. Sudah biasa,” ujar Denny Iskandar, Ketua
Tim Advokasi pasangan Jokowi-Basuki. Kubunya, kata Denny, tidak akan
mempermasalahkan soal ini. Denny menilai, semakin kuat isu SARA
diembuskan untuk menghadang Jokowi-Ahok, semakin besar keuntungan untuk
mereka. »Biar publik yang menilai,” katanya lagi. Dihubungi terpisah,
Basuki alias Ahok mengaku tidak tersinggung. "Bang Nara memang terkenal
suka bercanda," katanya singkat.
Giofedi Rauf, anggota tim advokasi Fauzi-Nachrowi, meminta pernyataan
'Haiya' itu tidak dibesar-besarkan. »Mereka (Nachrowi dan Basuki) sudah
dekat. Jadi sudah biasa bercanda seperti itu,” kata dia.
Kemarin, beredar kabar kalau Fauzi Bowo sempat menegur Nachrowi
menyusul pernyataan yang berpotensi menyinggung kaum Tionghoa itu. Tapi
soal ini dibantah Giofedi. »Kami tetap yakin dapat meraup suara dari
etnis keturunan,” katanya. Fauzi Bowo, kata dia, telah mengantongi
dukungan dari kelompok suku Hakka, suku terbesar dalam etnis Tionghoa di
Indonesia.
Isu SARA memang kental mewarnai pemilihan Gubernur Jakarta tahun ini.
Sebelumnya, pedangdut Rhoma Irama dilaporkan ke Panitia Pengawas Pemilu
Jakarta menyusul pernyataannya di sebuah masjid di Tanjung Duren,
Jakarta Barat, Juli lalu. Ketika itu, Rhoma mengungkit asal suku dan
agama kubu Jokowi-Ahok. Pekan lalu, justru Nachrowi yang ganti
dilaporkan. Dia dituding berpidato mengusir orang Betawi yang tidak mau
memilih orang Betawi menjadi pemimpin di Jakarta.
Sepekan terakhir, banyak spanduk liar di Jakarta yang menonjolkan
identitas kesukuan dan agama Basuki sebagai warga Tionghoa yang beragama
Kristen Protestan. Di Utan Kayu Selatan, Jakarta Timur, banyak warga
menerima selebaran gelap yang menganjurkan warga memilih pemimpin
muslim. Kedua kubu membantah terlibat dalam kampanye ilegal ini. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar