Jakarta - Sebanyak
62 persen masyarakat Indonesia yang disurvei Charta Politika mengaku
tak ingin memilih artis sebagai calon legislatif mereka. "Figur artis
mendapat resistensi yang kuat dari masyarakat untuk menjadi caleg," ujar
Direktur Riset Charta Politika Yunarto Wijaya, Kamis, 30 Agustus 2012.
62 Persen Masyarakat Indonesia Emoh Caleg Artis
Dalam survei tersebut, Charta Politika menemukan hanya 16,7 persen responden yang setuju seorang artis menjadi calon legislatif. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan 21,2 persen responden yang mengaku tak tahu atau tak jawab.
"Ini menandakan pemilih kita semakin rasional dalam memilih calon legislatif," ujar Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham. Dia menilai masyarakat tak lagi memandang popularitas sebagai suatu hal yang penting. "Mereka lebih banyak melihat kompetensi calegnya," kata Idrus.
Senada dengan Idrus, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustofa menyebut popularitas bukan segalanya. "Yang dipilih oleh publik bukan hanya popularitas instan, tapi juga jaringan dan kerja politiknya," kata Saan.
Meskipun begitu, Saan mengaku bahwa personal branding sangat penting untuk pemilu legislatif. "Bagaimana bisa dipilih kalau tak dikenal," kata dia.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Nasional Demokrat Ferry Mursyidan Baldan menyarankan partai-partai besar tak lagi melirik artis-artis sebagai calon legislatif. "Publik tampaknya tak lagi menghendaki figur publik menjadi legislatif," kata dia.
Survei nasional yang digelar Charta Politika dilaksanakan pada tanggal 8-22 Juli 2012 lalu terhadap 2.000 responden. Metode yang digunakan adalah wawancara tatap muka dengan kuesioner terstruktur. Adapun margin of error diketahui sebesar 2,19 persen dengan tingkat kepercayaannya mencapai 95 persen. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar