Asosiasi pemain profesional (FIFPro) mengecam tragedi terkait
meninggalnya Diego Mendieta, dan akan berusaha membantu memulangkan
jenazah striker klub Dvisi Utama Indonesia Super League (ISL) Persis
Solo itu ke Paraguay.
Mendieta mengembuskan nafas terakhir di
Rumas Sakit Dr Moewardi, Solo, Senin (3/12) malam WIB. Menjelang akhir
hayatnya, Mendieta mengalami kesulitan uang. Sebagian gajinya belum
dibayarkan Persis. Menurut informasi, gaji yang masih diutang Persis
mencapai lebih dari Rp100 juta.
“Jika kabar tentang Diego
Mendieta benar ada kaitannya dengan permasalahan penunggakan gajinya di
klub, ini tentu saja memalukan. Ini menjadi hal yang memalukan bagi
persepakbolaan profesional di Indonesia,” cetus sekjen FIFpro Divisi
Asia Frederique Winia di laman resmi organisasi.
“Saya mengetahui
banyaknya cerita mengenai para pemain yang tidak digaji oleh klub, dan
harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkannya. Tapi saya belum
pernah mendengar cerita seorang pemain yang sedang sakit diabaikan oleh
klubnya.”
“Menurut saya, klub dan federasi sepakbola Indonesia
menyadari mereka telah gagal, dan harus memberikan penjelasan, terutama
kepada keluarga Diego Mendieta.”
“Upaya terakhir klub adalah membayar gaji yang tertunggak kepada keluarganya: istri dan tiga anak-anaknya.”
FIFPro
juga telah menerima laporan dari asosiasi pesepakbola profesional
Indonesia (APPI) mengenai adanya kesulitan memulangkan jenazah Mendieta
akibat biaya trasportasi yang mahal. Jika belum ada solusi, FIFPro akan
menanggung biayanya. FIFPro saat ini masih menunggu semua dokumen yang
berkaitan dengan meninggalnya Mendieta.
“Setelah kami menerimanya, kami akan membawa permasalahan menyedihkan ini agar menjadi perhatian bagi FIFA,” kata Winia.
FIFPro
juga menuntut agar federasi sepakbola Indonesia menuntaskan
permasalahan manajemen klub yang kerap terlambat membayar gaji pemain.
Bagi FIFPro, situasi ini memalukan, karena klub seharusnya mendapat
sanksi ketika mereka tidak membayar gaji pemain, yang menjadi hal
terpenting dalam sepakbola profesional. Sumber
Kekurangan biaya karena gaji yang belum dibayarkan Persis Solo membuat Diego Mendieta sempat menjalani perawatan di rumah.
Menurut pemaparan seorang rekan dekat Diego Mendieta, Taji Prasetyo,
almarhum hanya dirawat di rumah saja. Selama beberapa minggu terakhir
Diego mengalami sakit tipus, demam berdarah dan juga virus yang sudah
menyerang tubuh hingga ke otak.
"Jadi Diego waktu itu sakit tipus, sekitar bulan Agustus. Abis itu,
gaji belum dibayar nggak bisa ke RS akhirnya dirawat di kost-nya aja,"
kata Taji yang pernah bermain di SAD Uruguay U17.
Karena itu ia dan rekan-rekannya membantu almarhum untuk berobat ke rumah sakit agar segera pulih.
"Awalnya anak-anak (pemain Persis Solo) kasihan, kami kumpulkan uang sumbang biaya untuk ke RS," ungkap Taji.
Taji melanjutkan, karena biaya tetap tidak mencukupi, almarhum Diego
akhirnya kembali ke kamar kost dan menahan sakit tipus yang seharusnya
butuh perawatan dan istirahat lama untuk bisa kembali pulih.
Gaji yang belum dibayarkan oleh Persis Solo kepada Diego disebut-sebut mencapai Rp100 juta.
"Tapi Diego memaksakan diri, dia masih ikut tarkam (turnamen kampung)
gitu, terus ikut seleksi-seleksi di kompetisi tim," ungkapnya.
Taji mengatakan kalau tindakan yang dilakukan oleh almarhum Diego
sebagai upaya untuk mendapat tambahan biaya berobat ke rumah sakit. Hal
itu terjadi setelah empat bulan gajinya di Persis Solo tak juga
dibayarkan.
"Sudah empat bulan, kami semua sudah melakukan segala hal, termasuk
protes ini itu ke manajemen. Tapi tetap saja mereka mengatakan belum ada
sponsor," imbuhnya.
Dirinya mengatakan, usaha agar dibayarkannnya gaji juga didukung
dengan pertemuan manajemen dengan pemain-pemain senior di Solo tetapi
hasilnya nihil.
"Sponsor sebetulnya ada dari Jakarta, tapi entahlah memang sekarang
lagi krisis mau bagaimana. Persis Solo menurut saya masih lebih baik,
tim-tim lain juga mengalami krisis bahkan lebih parah. Hanya saja ini
yang tersorot karena meninggalnya Diego," ungkapnya
Hingga kini jenazah Diego masih berada di Solo dengan pembiayaan dari
sumbangan para suporter tim, Walikota Solo dan juga dokter yang merawat
Diego.
"Seluruh pembiayaan yang saya dengar dibayarkan sisanya oleh dokter
yang merawat Diego. Bapak Walikota Solo juga katanya sudah membantu,"
imbuhnya.
Terkait kejadian seperti ini, Taji mengatakan kalau sebelumnya mantan
pelatih Persis Solo di Liga Premier Indonesia juga pernah meninggal
karena sakit dengan keadaan gaji belum dibayarkan.
"Kalau seperti ini bisa jadi PSSI kena sanksi FIFA karena klub tidak
bertanggung jawab. Berita yang saya dengar katanya Federasi Paraguay
sudah melayangkan surat ke FIFA," pungkasnya. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar