Rabu, 05 Desember 2012

Meninggalnya Diego Mendieta Menuai Kecaman

Asosiasi pemain profesional (FIFPro) mengecam tragedi terkait meninggalnya Diego Mendieta, dan akan berusaha membantu memulangkan jenazah striker klub Dvisi Utama Indonesia Super League (ISL) Persis Solo itu ke Paraguay.

Mendieta mengembuskan nafas terakhir di Rumas Sakit Dr Moewardi, Solo, Senin (3/12) malam WIB. Menjelang akhir hayatnya, Mendieta mengalami kesulitan uang. Sebagian gajinya belum dibayarkan Persis. Menurut informasi, gaji yang masih diutang Persis mencapai lebih dari Rp100 juta.


“Jika kabar tentang Diego Mendieta benar ada kaitannya dengan permasalahan penunggakan gajinya di klub, ini tentu saja memalukan. Ini menjadi hal yang memalukan bagi persepakbolaan profesional di Indonesia,” cetus sekjen FIFpro Divisi Asia Frederique Winia di laman resmi organisasi.

“Saya mengetahui banyaknya cerita mengenai para pemain yang tidak digaji oleh klub, dan harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkannya. Tapi saya belum pernah mendengar cerita seorang pemain yang sedang sakit diabaikan oleh klubnya.”

“Menurut saya, klub dan federasi sepakbola Indonesia menyadari mereka telah gagal, dan harus memberikan penjelasan, terutama kepada keluarga Diego Mendieta.”

“Upaya terakhir klub adalah membayar gaji yang tertunggak kepada keluarganya: istri dan tiga anak-anaknya.”

FIFPro juga telah menerima laporan dari asosiasi pesepakbola profesional Indonesia (APPI) mengenai adanya kesulitan memulangkan jenazah Mendieta akibat biaya trasportasi yang mahal. Jika belum ada solusi, FIFPro akan menanggung biayanya. FIFPro saat ini masih menunggu semua dokumen yang berkaitan dengan meninggalnya Mendieta.

“Setelah kami menerimanya, kami akan membawa permasalahan menyedihkan ini agar menjadi perhatian bagi FIFA,” kata Winia.

FIFPro juga menuntut agar federasi sepakbola Indonesia menuntaskan permasalahan manajemen klub yang kerap terlambat membayar gaji pemain. Bagi FIFPro, situasi ini memalukan, karena klub seharusnya mendapat sanksi ketika mereka tidak membayar gaji pemain, yang menjadi hal terpenting dalam sepakbola profesional. Sumber



Kekurangan biaya karena gaji yang belum dibayarkan Persis Solo membuat Diego Mendieta sempat menjalani perawatan di rumah.

Menurut pemaparan seorang rekan dekat Diego Mendieta, Taji Prasetyo, almarhum hanya dirawat di rumah saja. Selama beberapa minggu terakhir Diego mengalami sakit tipus, demam berdarah dan juga virus yang sudah menyerang tubuh hingga ke otak.

"Jadi Diego waktu itu sakit tipus, sekitar bulan Agustus. Abis itu, gaji belum dibayar nggak bisa ke RS akhirnya dirawat di kost-nya aja," kata Taji yang pernah bermain di SAD Uruguay U17.

Karena itu ia dan rekan-rekannya membantu almarhum untuk berobat ke rumah sakit agar segera pulih.
"Awalnya anak-anak (pemain Persis Solo) kasihan, kami kumpulkan uang sumbang biaya untuk ke RS," ungkap Taji.

Taji melanjutkan, karena biaya tetap tidak mencukupi, almarhum Diego akhirnya kembali ke kamar kost dan menahan sakit tipus yang seharusnya butuh perawatan dan istirahat lama untuk bisa kembali pulih.

Gaji yang belum dibayarkan oleh Persis Solo kepada Diego disebut-sebut mencapai Rp100 juta.

"Tapi Diego memaksakan diri, dia masih ikut tarkam (turnamen kampung) gitu, terus ikut seleksi-seleksi di kompetisi tim," ungkapnya.

Taji mengatakan kalau tindakan yang dilakukan oleh almarhum Diego sebagai upaya untuk mendapat tambahan biaya berobat ke rumah sakit. Hal itu terjadi setelah empat bulan gajinya di Persis Solo tak juga dibayarkan.

"Sudah empat bulan, kami semua sudah melakukan segala hal, termasuk protes ini itu ke manajemen. Tapi tetap saja mereka mengatakan belum ada sponsor," imbuhnya.

Dirinya mengatakan, usaha agar dibayarkannnya gaji juga didukung dengan pertemuan manajemen dengan pemain-pemain senior di Solo tetapi hasilnya nihil.

"Sponsor sebetulnya ada dari Jakarta, tapi entahlah memang sekarang lagi krisis mau bagaimana. Persis Solo menurut saya masih lebih baik, tim-tim lain juga mengalami krisis bahkan lebih parah. Hanya saja ini yang tersorot karena meninggalnya Diego," ungkapnya

Hingga kini jenazah Diego masih berada di Solo dengan pembiayaan dari sumbangan para suporter tim, Walikota Solo dan juga dokter yang merawat Diego.

"Seluruh pembiayaan yang saya dengar dibayarkan sisanya oleh dokter yang merawat Diego. Bapak Walikota Solo juga katanya sudah membantu," imbuhnya.

Terkait kejadian seperti ini, Taji mengatakan kalau sebelumnya mantan pelatih Persis Solo di Liga Premier Indonesia juga pernah meninggal karena sakit dengan keadaan gaji belum dibayarkan.

"Kalau seperti ini bisa jadi PSSI kena sanksi FIFA karena klub tidak bertanggung jawab. Berita yang saya dengar katanya Federasi Paraguay sudah melayangkan surat ke FIFA," pungkasnya. Sumber

Tidak ada komentar: