Akses mudah pada pornografi, terutama secara online dan pendidikan seks
yang buruk, harus disalahkan untuk remaja yang menderita kecanduan seks,
kata terapis kecanduan seks, Paula Hall. Ia menyatakan, hampir setengah
dari mereka yang menderita kecanduan umumnya pertama bersinggungan
dengan pornografi sebelum mereka berusia 16 tahun.
Survei yang dilakukannya menemukan 40 persen remaja yang menggemari
tayangan pornografi sebelum usia 12 tahun. Sebanyak 90 persen dari
mereka kemudian mengalami kecanduan seks setelah 16 tahun.
Penelitian
ini juga menunjukkan bahwa faktor-faktor lain, seperti perpisahan orang
tua, sekolah yang memisahkan siswa laki-laki dan perempuan, serta
pendidikan seks yang minim juga turut berkotribusi. Dan hampir setengah
dari mereka yang disurvei pernah mengalami semacam pelecehan atau
penyerangan seksual.
Survei Hall terhadap penderita kecanduan seks dilakukan untuk buku barunya, "Understanding and Treating Sex Addiction".
Dia mendefinisikan kecanduan seks sebagai perilaku seksual di luar
kontrol yang menyebabkan masalah dalam kehidupan seseorang. Bintang
seperti Russell Brand bahkan pernah mengaku kecanduan seks sehingga
hampir menghancurkan kariernya.
Survei ini juga menyoroti
perbedaan sikap antara pria dan wanita tentang kecanduan seks. Secara
substansial laki-laki lebih cenderung mencari bantuan pengobatan
daripada wanita. Persentasenya, sebanyak 57,3 persen laki-laki mencari
bantuan profesional untuk menyembuhkan kecanduannya, sedangkan perempuan
hanya 38,3 persen.
Enam puluh lima persen dari mereka yang
disurvei berjuang dengan perasaan harga diri yang rendah dan hampir
setengah mengalami masalah kesehatan mental. Hampir setengah responden
mengaku kehilangan pasangan karena perilaku mereka dan seperempat
mengatakan kecanduannya berpengaruh pada fungsi seksual mereka. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar