JAKARTA kebanjiran seakan sudah menjadi ritme kehidupan. Bahkan, sejak
kemerdekaan tidak ada satu pun pemerintahan yang bisa membuat Jakarta
bebas dari banjir.
Banjir menjadi perkara yang belum juga
terpecahkan. Hingga kemarin, setidaknya 12 kelurahan di ibu kota negara
yang kebanjiran. Lebih dari 10 ribu warga rumahnya terendam. Padahal,
musim hujan baru mulai.
Sejarah Kota Jakarta memang selalu akrab
dengan banjir. Bahkan, Jakarta kerap tergenang air sejak zaman
penjajahan. Struktur sebagian wilayah Jakarta yang berada di bawah
permukaan laut menjadikan kota ini begitu gampang dilanda banjir.
Meski
baru mulai, hujan begitu mudah menggenangi sejumlah kawasan di Jakarta.
Apalagi, bila di kawasan Bogor dan Depok turun hujan lebat, hampir
dipastikan sebagian sungai di Jakarta meluap yang kemudian menggenangi
kawasan sekitarnya.
Kampung Melayu, Bidara Cina, Kramat Jati,
Cipinang, Cimanggis, Tanah Abang, Pancoran, dan Kedoya hanyalah sebagian
wilayah yang menjadi langganan banjir setiap musim hujan tiba.
Berbagai
upaya untuk mengatasi banjir di Jakarta telah dicoba. Pemerintah
Provinsi DKI, misalnya, telah merancang konsep pengendalian banjir dalam
rentang lima tahunan (2008-2012) dengan proyeksi kebutuhan anggaran
sebesar Rp10,19 triliun.
Dana itu antara lain dipakai untuk
penanganan kawasan genangan berupa pengerukan dan normalisasi sungai,
pembangunan polder, waduk, pintu-pintu air untuk mengatur arus sungai,
dan sebagainya.
Pembangunan kanal, baik di sebelah barat maupun
timur, juga telah dilakukan. Namun, semua upaya itu belum membuahkan
hasil yang memuaskan. Mengatasi banjir di Jakarta jelas bukan perkara
gampang. Kota yang dialiri 13 sungai ini memang mengharuskan untuk
memindahkan warga yang tinggal di bantaran kali.
Gubernur DKI
Joko Widodo jelas tak bisa kerja sendiri mengatasi persoalan banjir.
Pemerintah pusat, Banten, Jawa Barat, dan warga wajib ikut terlibat.
Publik
banyak berharap gaya kepemimpinan Jokowi akan membawa berbagai
perubahan. Kebiasaan pejabat yang baru tergerak memperbaiki drainase
pada saat musim hujan, misalnya, jelas harus ditinggalkan.
Begitu
juga, langkah-langkah pencegahan sejatinya perlu dikedepankan, bukan
semata mendahulukan upaya bagaimana mengatasi banjir.
Banjir di
Jakarta dan juga di kawasan lain bukan tak bisa terpecahkan. Kuncinya,
penanganan banjir harus simultan dan berkesinambungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar