Minggu, 25 November 2012

Mengatasi Banjir Jakarta

JAKARTA kebanjiran seakan sudah menjadi ritme kehidupan. Bahkan, sejak kemerdekaan tidak ada satu pun pemerintahan yang bisa membuat Jakarta bebas dari banjir.

Banjir menjadi perkara yang belum juga terpecahkan. Hingga kemarin, setidaknya 12 kelurahan di ibu kota negara yang kebanjiran. Lebih dari 10 ribu warga rumahnya terendam. Padahal, musim hujan baru mulai.

Sejarah Kota Jakarta memang selalu akrab dengan banjir. Bahkan, Jakarta kerap tergenang air sejak zaman penjajahan. Struktur sebagian wilayah Jakarta yang berada di bawah permukaan laut menjadikan kota ini begitu gampang dilanda banjir.

Meski baru mulai, hujan begitu mudah menggenangi sejumlah kawasan di Jakarta. Apalagi, bila di kawasan Bogor dan Depok turun hujan lebat, hampir dipastikan sebagian sungai di Jakarta meluap yang kemudian menggenangi kawasan sekitarnya.

Kampung Melayu, Bidara Cina, Kramat Jati, Cipinang, Cimanggis, Tanah Abang, Pancoran, dan Kedoya hanyalah sebagian wilayah yang menjadi langganan banjir setiap musim hujan tiba.

Berbagai upaya untuk mengatasi banjir di Jakarta telah dicoba. Pemerintah Provinsi DKI, misalnya, telah merancang konsep pengendalian banjir dalam rentang lima tahunan (2008-2012) dengan proyeksi kebutuhan anggaran sebesar Rp10,19 triliun.

Dana itu antara lain dipakai untuk penanganan kawasan genangan berupa pengerukan dan normalisasi sungai, pembangunan polder, waduk, pintu-pintu air untuk mengatur arus sungai, dan sebagainya.

Pembangunan kanal, baik di sebelah barat maupun timur, juga telah dilakukan. Namun, semua upaya itu belum membuahkan hasil yang memuaskan. Mengatasi banjir di Jakarta jelas bukan perkara gampang. Kota yang dialiri 13 sungai ini memang mengharuskan untuk memindahkan warga yang tinggal di bantaran kali.

Gubernur DKI Joko Widodo jelas tak bisa kerja sendiri mengatasi persoalan banjir. Pemerintah pusat, Banten, Jawa Barat, dan warga wajib ikut terlibat.

Publik banyak berharap gaya kepemimpinan Jokowi akan membawa berbagai perubahan. Kebiasaan pejabat yang baru tergerak memperbaiki drainase pada saat musim hujan, misalnya, jelas harus ditinggalkan.

Begitu juga, langkah-langkah pencegahan sejatinya perlu dikedepankan, bukan semata mendahulukan upaya bagaimana mengatasi banjir.

Banjir di Jakarta dan juga di kawasan lain bukan tak bisa terpecahkan. Kuncinya, penanganan banjir harus simultan dan berkesinambungan.



Tidak ada komentar: