Media sosial Facebook rupanya menjadi tempat curahan
hati penyidik KPK Kompol Novel Baswedan, yang dituduh terlibat langsung
dalam kasus penembakan terhadap enam tersangka kasus pencurian di
Bengkulu. Mantan Kasatreskrim Polres Kota Bengkulu itu mengungkapkan
kegelisahan tentang upaya kriminalisasi terhadap dirinya.
"Kasus yang dituduhkan kepada saya adalah fitnah, dan hal seperti ini
bukan pertama kali saya alami. Yang belakangan membuat saya sangat
kecewa, rupanya kriminalisasi terhadap saya digunakan untuk memukul KPK,
melalui upaya penangkapan dan penggeledahan di kantor KPK," ujar Novel
dalam status akun Facebook, Minggu (7/10).
Menurut dia, upaya tersebut diketahui dan direncanakan petinggi Polri
yang selama ini mempersepsikan dirinya sebagai orang baik. "Berhentilah
beretorika, takutlah dengan azab Allah," kata Novel.
Status tersebut langsung didukung 40 temannya dan sekitar 48 orang
memberikan komentar. Semuanya orang-orang terdekat Novel. Selain itu,
Novel juga membuat status yang mengungkap aroma tak sedap di institusi
Polri.
"Pimpinan Polri mestinya tidak boleh marah bila praktik pungli di
samsat-samsat, yang melalui dealer dan penggunaan dana negara untuk
pengadaan dengan mark up, dihentikan oleh KPK atau aparatur pemberantasa
korupsi lainnya. Sudah saatnya transparansi dan tidak bodohi
masyarakat," ujar Novel.
Menurut dia, pimpinan Polri harus mulai melakukan kejujuran terhadap
masyarakat. Mulai saja dari hal yang kecil. "Hilangkan pungutan-pungutan
yang sendiri-sendiri dan yang terkoordinir oleh dealer mobil atas surat
kendaraan di seluruh samsat di Indonesia. Jangan lagi gunakan uang
negara untuk pengadaan yang mark up," katanya.
Ia juga sempat menulis harapan kepada institusi kepolisian. Novel
berharap pimpinan Polri merupakan orang jujur dan sederhana. Baginya
kekuasaan Polri terlalu besar. Seseorang tidak akan bisa bersikap jujur
bila hidup mewah dan berkeinginan memiliki banyak kekayaan.
Semasa sekolah di SMAN 2 Semarang, Novel dikenal sebagai pribadi alim
dan pendiam. Seorang teman seangkatannya, Wisnu Adhitya, mengatakan
Novel juga baik kepada teman-temannya. "Yang jelas orangnya memang
dikenal alim, pendiam, dan baik hati," kata Wisnu.
Di kampung halamannya, Kampung Sumur Umbul, RT 05/RW 05, Kelurahan
Melati Baru, Kecamatan Semarang Timur, Novel dan keluarganya dikenal
dermawan. Bahkan saat keluarga Baswedan pindah ke daerah Sampangan,
rumah di Sumur Umbul diwakafkan menjadi Masjid Al-Jannah.
Ada juga kiriman pesan penyemangat oleh Latifina Baswedan di dinding
akunnya. "Save KPK - Save Kompol Novel Baswedan !!! Kami keluarga besar
menyatakan dukungan dan salut atas keberanian yang dilakukannya. Semoga
kebenaran segera terungkap dan Allah memberikan hidayah pada orang2 yg
memfitnah bang Novel. Teruslah berkiprah dalam memberantas korupsi bang
Novel !!!"
Dukungan tersebut terus mengalir kepada Novel. Para alumnus SMAN 2
Semarang yang tergabung dalam grup SMA NEGERI 2 SEMARANG LULUSAN 1995
menyatakan dukungan terhadap Novel. Teman seangkatannya yang mengawali
dukungan adalah Purnomo Wicaksana.
"Selamat berakhir pekan teman2 semua. Marilah kita bersama-sama
berdoa bersama, agar masalah yang sedang dihadapi rekan kita Novel
Baswedan agar segera cepat berakhir, dan kepada beliau senantiasa
diberikan petunjuk agar mudah dan lancar dalam menghadapi cobaan yang
sedang menimpa rekan kita ini Amin," kata Purnomo.
Dukungan itu langsung dibalas oleh Novel. Ia mengucapkan ucapan
terima kasih terhadap teman-teman semasa SMA-nya. Sekali lagi ia
menegaskan pihak Polri memfitnah dirinya. "Pada kesempatan ini saya
perlu sampaikan bahwa apa yang diekspose oleh Mabes Polri tentang
tuduhan kepada saya adalah suatu fitnah. Semoga mereka mendapat hidayah,
dan tidak berbuat hal yang sama di kemudian hari," kata Novel.
Teman-temannya langsung menanggapi dengan mengucapkan dukungan. "Ketika Polisi Jujur Hanya Sebuah Patung," ujar Andra 'Rien'. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar