Kesuksesan seseorang pasti ada campur tangan dari pihak
lain yang tidak pernah terungkap ke permukaan. Jika dikaitkan dengan
kesuksesan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama, mereka pun memiliki
"tenaga" lain yang terus bekerja keras mengawal pertarungan dalam
memperebutkan DKI 1.
Mereka adalah tim yang menamakan dirinya sebagai Relawan Jakarta
Baru. Tim yang sebagian besar dari anak-anak muda ini bekerja pagi
hingga malam untuk satu tujuan, yakni memenangkan Jokowi-Ahok merebut
kursi DKI 1.
Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi menjelaskan bagaimana
tugas tim Relawan Jakarta Baru ini dalam pertemuannya di War Room dan
Data Center Jakarta Baru yang bermarkas di Gedung 165, Jalan TB
Simatupang, Jakarta Selatan, Kamis (20/9/2012).
Para relawan ini jumlahnya tidak tanggung-tanggung, mereka
beranggotakan 15.059 relawan dibawah 42 Koordinator di tingkat Kecamatan
dan 706 yang berada di Tingkat Kelurahan, yang sebagian besar menyebar
ke berbagai Kelurahan dan Kecamatan di DKI Jakarta. Tugas mereka pun
tidaklah ringan.
Tim Intelektual dari semua pergerakan ini yakni ada 31 tim yang
memegang komando paling atas. Tugas ke-31 orang ini memproyeksikan
pekerjaan yang lebih besar mengenai konsep, kreasi dan juga media yang
terus mempublikasikan Jokowi-Ahok.
Terkait kinerja, tim ini bergerak sangat rahasia. Mereka telah
terikat dengan perjanjian untuk bergerak secara rahasia tanpa diketahui
publik bahwa mereka sebenarnya relawan Jokowi-Ahok dan dibawah komando
struktural yang ada di atasnya.
"Kerahasiaan ini agar strategi kami tidak dibaca atau digunakan pihak lain," ujar Hasan.
Tugas mereka pun tidak mudah, satu orang mendapat tugas untuk
memantau tiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah ditentukan
sebelumnya. Pemantauan pun harus presisi, tidak boleh kurang atau lebih
dari yang telah ditentukan. Bahkan, mereka ini harus benar-benar
memastikan TPS yang dipantau ada yang memilih Jokowi-Ahok.
Pelatihan yang dilaksanakan untuk membina tim ini tidak sebentar.
Mereka dilatih selama tiga bulan, sejak bulan Maret sampai Juni 2012.
Training yang dilakukan pun cukup ketat pada proses seleksinya.
"Semangat voluntarisme kami uji. Mereka juga melalui proses dahulu bagaimana kerja di lapangan," kata Hasan.
Selain latihan pengujian semangat Voluntarisme, mereka juga
sebelumnya dipantau rekam jejaknya, apakah pernah ikut dalam kubu
pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Foke-Nara atau tidak melalui
sosial media.
Hasan menjelaskan, Cukup ketatnya perekrutan ini lantaran pihaknya
tidak ingin mendapati adanya 'pengkhianat' ketika operasi sedang
dijalankan.
"Kalau menurut kami mereka tidak memuaskan, ya tidak kami rekrut," kata Hasan.
Meski perekrutan dijalankan seketat mungkin, tetap saja Hasan
mengungkapkan adanya 'Pengkhianat' yang mencoreng kinerja tim.
Setidaknya dalam operasi ini ada beberapa nama yang enggan diungkapkan.
Hasan menjelaskan, pembelotan tersebut sebenarnya simpel, hanya
karena urusan kantong saja. Biasanya, mereka yang membelot
diiming-imingi uang yang tinggi dari tim calon pasangan lain, sehingga
informasi menjadi tersebar.
Sanksi yang diberikan oleh anggota tim rahasia yang membelot ini
tidak main-main. Apabila ada informasi yang tercecer dari anggota, maka
anggota tersebut langsung dikeluarkan dari tim. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar