Pemilihan kepala daerah di sejumlah daerah termasuk di
Jawa Barat kian ramai dengan munculnya banyak pasangan bakal calon
gubernur (cagub), bakal calon wakil gubernur (cawagub) maupun calon wali
kota/bupati dan wakil wali kota/bupati. Bahkan nama-nama artis juga
banyak bermunculan.
"Masyarakat mulai cerdas dalam berpoltik. Semisal dulu, artis ramai
mencalonkan diri, dan rakyat mendukung. Sekarang rakyat tidak lagi
melihat itu, rakyat lebih pilih yang profesional," kata Prof. Dr.
Bunyamin Maftuh, MPd, MA, pada acara Talkshow Empat Pilar Goes to Campus
dengan tema Pilkada yang digelar UPI dan MPR RI di Kampus UPI Jalan
Setiabudhi, Selasa (16/10/2012).
Menurutnya, kesadaran berpolitik masyarakat kian tahun lebih baik.
Masyarakat juga bisa melihat calon mana yang bisa diharapkan membawa
perubahan. Pemilih akan melihat track record yang baik serta pengalaman.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPR RI I Gede Pasek Suardika
mengatakan bahwa 60% kepala daerah yang merupakan hasil dari pemilihan
langsung terlibat tindak pidana korupsi. Ini disinyalir karena biaya
poltik tinggi yang dikeluarkan para calon selama pilkada berlangsung.
"Demokrasi kompetisi, demokratif paling mahal. Setelah sekian lama
pemilu langsung, 60 persen kepala daerah terlibat kasus korupsi. Karena
high cost politik, karena sistemnya terlalu tinggi. Akhirnya pinjam sana
sini, dan APBD diotak atik untuk balik modal," katanya.
Ia juga menyinggung pilkada DKI. Menurutnya, Pilkada DKI bisa sebagai
barometer. Satu sorotan kinerja KPU dan Bawaslu. Mereka yang menjadi
anggota kedua lembaga tersebut harus siap dalam tugasnya, bahkan siap
bila hanya tidur dua jam sehari.
"Kinerja berbagai pihak mensukseskan pilkada. Begitu juga dalam
pemilu mendatang, yang ikut pemilu nanti bukanlah partai abal-abal.
Karena rakyat memegang segala-galanya, rakyat kini makin cerdas dalam
menentukan pilihannya," katanya. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar