Kamis, 26 Juli 2012

IKOHI: Prabowo Tersandera Persoalan Ham Masa Lalu


Jakarta (ANTARA) - Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) menilai upaya pencitraan yang dibangun Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subijanto, akan terkendala persoalan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di masa lampau yang belum tuntas hingga saat ini. 

"Prabowo masih punya banyak utang di masa lalu yang belum terselesaikan dan tentunya akan sulit untuk memberikan tanggung jawab baru kepadanya di masa-masa mendatang," ujar Ketua IKOHI Mugiyanto di Jakarta, Kamis. 
Menurut dia, berbagai persoalan pelanggaran HAM di masa lalu yang diduga melibatkan Prabowo itu tentunya harus dituntaskan terlebih dahulu secara politik dan hukum sebelum ia mempromosikan seseorang menjadi cagub dan cawagub di DKI atau bahkan mencalonkan diri di Pilpres 2014. 
Lebih lanjut Mugiyanto menuturkan bahwa ingatan masyarakat, khususnya orang-orang dan keluarga korban pelanggaran HAM di masa lalu, tidak mudah untuk melupakan trauma yang mereka alami itu. 
"Saya sendiri pernah menjadi salah satu korban penculikan di tahun 1998 dan tentunya masih ada trauma itu," ujarnya. 
Sementara terkait berbagai hasil jajak pendapat yang menempatkan sosok Prabowo sebagai figur tokoh nasional yang populis, Mugiyanto menilai bahwa hal tersebut menjadi indikasi betapa daya ingat masyarakat Indonesia sangat singkat, juga karakter masyarakat Indonesia yang sangat permisif walaupun terhadap satu kasus pelanggaran HAM berat. 
Selain itu, ia menambahkan, Prabowo juga sangat diuntungkan karena muncul dengan antitesa citra pemerintahan saat ini sehingga berbagai kelemahannya bisa tertutupi di mata publik. "Saya tidak bisa menyalahkan publik karena memang begitulah kenyataannya," ujarnya. 
Senada dengan Mugiyanto, pengamat politik UI Arbi Sanit berpendapat bahwa masyarakat Indonesia memang punya kecenderungan pelupa pada dosa-dosa masa lalu tokoh-tokoh yang saat ini ingin maju dalam pemilihan. 
Namun, dalam penilaian Arbi Sanit, upaya tokoh Partai Gerindra memoles citranya di masyarakat itu belum sepenuhnya berhasil dan salah satu buktinya adalah di pemilu dan pilpres 2009 yang lalu. 
Dijelaskannya bahwa dalam dua agenda demokrasi nasional itu, Gerindra kurang maksimal dalam perolehan suara dan pencalonan Prabowo sebagai wakil presiden yang mendampingi Megawati juga telah gagal. 
Demikian pula dalam konteks pilkada DKI, menurut Arbi, Prabowo berupaya memoles citra dirinya dengan gencar mengkampanyekan pencalonan sepasang tokoh yang potensi berhasilnya tinggi, yakni Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). 
Prabowo adalah sosok yang mengajukan nama Ahok ke PDI Perjuangan untuk disandingkan dengan Joko Widodo dalam pilkada DKI Jakarta.(rr)

Tidak ada komentar: