Di negeri Tirai Bambu ( Cina) negara adidaya yang memiliki ekonomi yang sangat melimpah
dan sumber daya manusia yang memadai memiliki sejarah panjang dalam
perjalanan negara tersebut. Berbagai dinasti-dinasti yang tumbuh zaman
kerajaan cina saling menjatuhkan sama lain untuk mencapai
dan menguasai puncak kejayaan. Dinasti tersebut berusaha untuk menguasai
baik bidang politik dan ekonomi karena merupakan bidang yang sangat
vital bagi negara tersebut.
Hal
ini tidak jauh berbeda dengan kondisi politik di Indonesia khususnya
partai penguasa Dinasti Demokrat. Partai bentukkan Susilo Bambang
Yudhoyono yang dulunya merupakan partai baru yang digadang-gadang
membawa perubahan bagi bangsa Indonesia ini dengan sejuta misi dan visi
yang sangat elegant. Hasilnya terlihat pada pemilu tahun 2004 partai
ini mendapat dukungan yang sangat baik bahkan, pendiri partai tersebut
berhasil mencapai puncak tertinggi yaitu sebagai Presiden Indonesia.
Dalam
perjalananya pada periode 2004-2009 partai tersebut cukup aman-aman
saja dalam dunia politik meskipun ada sedikit kasus-kasus politik yang
mewarnai panggung politik partai demokrat. Namun, tidak ada kasus-kasus
besar yang merusak nama dan citra partai sehingga dukungan dan
simpatisan semakin bertambah terhadap kinerja demokrat dalam
pemerintahan. Selain itu, partai-partai oposisi pun seperti kehilangan
tajinya karena masyarakat menganggap partai oposisi adalah partai lama
yang yang tidak membawa pembaharuan dan cenderung ditempat saja. Dan
yang paling penting adalah sosok Susilo Bambang Yudhoyono semakin memperkuat kekuasaan Dinasti Demortat dalam pemerintahan.
Pemilu
2009 merupakan puncak kejayaan dari partai yang berlambang bintang
tersebut. Partai ini mendapatkan suara terbanyak sehingga otomatis dalam
pemerintahan, kursri DPR dikuasai partai bentukkan SBY
ini. Dan tidak kalah hebatnya partai ini berhasil kembali mengantarkan
Ketua Pembina Partai, Susilo Bambang Yudhoyono duduk manis menjabat
Presiden Republik Indonesia periode 2009-2014.
Awal Kehancuran
Memang
benar, filosofi yang mengungkapkan bahwa kekuasaan bisa membuat
seseorang gelap mata dan bertindak sewenang-wenang. Hal ini juga dapat
kita cermati kinerja Dinasti Demokrat pada periode 2009-2014. Menang
dalam pemilu serta memperoleh banyak kursi DPR dalam pemerintahan lantas
tidak membuat para anggota partai yang menjadi kepercayaan masyarakat
semakin rendah hati dan jumawa dalam menjalankan tugasnya . Akan tetapi,
mereka semua terlena dengan jabatan dan kekuasaan yang dimiliki
sekarang. Merasa diatas angin mereka bertindak tidak sesuai dengan
harapan rakyat yang sangat mengharapkan mereka membawa perubahan pada bangsa tercinta ini.
Dalam
perjalananya, kekuasaan partai berlambang bintang pada periode tahun
2009-2014 mulai muncul masalah-masalah besar yang menyelimuti. Masalah
tersebut tidak hanya dalam panggung politik saja tetapi masalah internal
partai yang semakin membuat kinerja partai kurang optimal.
Salah
satunya, kasus Nazarudin yang membuat masyarakat membuka mata tentang
partai pimpinan SBY ini. Nazaruddin yang notabenya adalah mantan
bendahara umum Dinasti Demokrat tersangkut kasus korupsi
mega dana Wisma Atlet Palembang. Dan parahnya lagi banyak nama politisi
demokrat yang ikut terseret dalam kasus yang jelas-jelas merugikan
rakyat Indonesia. Kicauan Nazzarudin yang menyeret nama Anas Urbaningrum
dan Angelina Sondakh semakin memperkeruh masalah dalam partai demokrat.
Tuding menuding dilakukan dari kedua belah pihak untuk membersihkan
dari kasus korupsi tersebut. Anas Urbaningrum yang merupakan ketua
Partai berlambang bintang tersebut mengaku bahwa tidak tahu menahu
tentang kasus wisma atlet tersebut. Bahkan dalam pernyataanya dalam
surat kabar Anas berani digantung di monas bila menerima sepeserpun dari
kasus mega dana tersebut. Dan sampai sekarang kasus ini pun masih
menjadi misteri yang belum tahu akhirnya.
Masalah kasus mega dana wisma atlet Palembang belum ada penyelesaian yang jelas muncul lagi kasus hambalang. Dan anehnya anggota-anggota partai demokrat ikut terseret dalam kasus yang sangat jelas-jelas merugikan rakyat.
Hal
ini membuat partai yang berlambang bintang ini di ujung tanduk. Karena
masalah-masalah yang yang muncul baik dalam panggung politik maupun
internal partai semakin menyudutkan kekuasaan dan citra partai.
Masyarakat mulai tidak percaya dengan kepemimpinan Dinasti Demokrat yang
jelas-jelas banyak anggotanya yang merugikan rakyat. Bahkan, yang lebih
parah dari kehancuran Dinasti demokrat ini adalah perpecahan dalam
internal partai yang menyebabkan kinerja yang tidak solid dalam tubuh
partai sehingga untuk menyongsong pemilu 2014 dipastikan partai ini akan
sulit mendapat dukungan dari rakyat. Jadi, pada periode ini merupakan
runtuhnya Dinasti Demokrat dalam pemerintahan. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar